Bulan Muharam merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam. Hal itu dikarenakan dalam bulan ini, terdapat berbagai peristiwa penting sebagai tanda kebesaran Allah. Dalam Islam, terdapat empat bulan yang dimuliakan, yang disebut dengan asyhurul hurum. Yaitu bulan Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharam, dan Rajab. Di dalam keempat bulan ini, Allah begitu memuliakannya, diantaranya dengan melarang kaum muslimin melangsungkan perang pada zaman Rasulullah.
Terdapat satu hari yang sangat spesial di dalam bulan Muharam. Yaitu hari di tanggal sepuluh atau biasa disebut dengan hari ‘asyura. Pada hari itu, terdapat begitu banyak peristiwa-peristiwa penting dalam Islam. Dalam kitab Mukasyafatul Qulub, Imam Ghozali menjelaskan berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ‘asyura
أَنَّهٗ تِيْبَ عَلٰى آدَمَ فِيْهِ وَكَانَ خُلِقَ فِيْهِ وَفِيْهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيْهِ خُلِقَ اْلعَرْشُ وَاْلكُرْسِيُّ وَالسَّمٰوَاتُ وَالشَّمْسُ وَاْلقَمَرُ وَالنُّجُوْمُ وَوُلِدَ إِبْرَاهِيْمُ اْلَخلِيْلُ فِيْهِ وَكَانَتْ جَنَاتُهٗ مِنَ النَّارِ فِيْهِ وَكَذٰلِكَ جَنَاةُ مُوْسٰى وَمَنْ مَعَهٗ وَأُغْرِقَ فِرْعَوْنُ وَمَنْ مَعَهٗ فِيْهِ وَفِيِهِ وُلِدَ عِيْسٰى وَفِيْهِ رُفِعَ إِلىٰ السَّمَآءِ وَفِيْهِ رُفِعَ إِدْرِيْسُ مَكَاناً عَالِيًا وَفِيْهِ اسْتَوَتْ سَفِيْنَةُ نُوْحٍ عَلٰى اْلُجوْدِيْ وَأُعْطِيَ فِيْهِ سُلَيْمَانُ اْلمُلْكَ اْلعَظِيْمَ وَأُخْرِجَ يُوْنُسُ مِنْ بَطْنِ اْلُحوْتِ وَرُدَّ بَصَرُ يَعْقُوْبَ عَلَيْهِ وَأُخْرِجَ يُوْسُفُ مِنْ اْلُجبِّ وَكُشِفَ ضُرُّأَيُّوْبِ وَأَوَّلُ مَطَرٍ نَزَلَ مِنَ السَّمَٓاءِ إِلٰى اْلأَرْضِ كَانَ يَوْمُ عَاشُوْرَٓاءَ
Dalam kitabnya, Imam Ghozali menjelaskan terdapat 17 peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ‘asyura. 1) Diterimanya taubat Nabi Adam, 2) Allah menciptakan Nabi Adam, 3) Allah memasukkan Nabi Adam ke dalam surga-Nya, 4) Allah menciptakan ‘Arsy, kursy, langit, matahari, rembulan, dan bintang-bintang, 5) Kelahiran Nabi Ibrahim sang kekasih, 6) Selamatnya Nabi Ibrahim dari kobaran api raja Namruz, 7) Selamatnya Nabi Musa serta kaumnya dan tenggelamnya Fir’aun serta tentaranya, 8) Hari dilahirkannya Nabi Isa, 9) Diangkatnya Nabi Isa ke langit, 10) Pengangkatan Nabi Idris ke tempat yang luhur, 11) Berlabuhnya bahtera Nabi Nuh di atas bukit, 12) Nabi Sulaiman diberikan kerajaan yang agung, 13) Keluarnya Nabi Yunus dari perut ikan paus, 14) Kembalinya penglihatan Nabi Ya’qub yang sebelumnya buta, 15) Keluarnya Nabi Yusuf dari lubang sumur, 16) Hilangnya penyakit yang diderita Nabi Ayyub, dan 17) Hari dimana pertama kali hujan diturunkan ke bumi.
Dalam hari ‘asyura juga terdapat amalan-amalan baik yang dianjurkan untuk dikerjakan. Diantaranya yaitu berpuasa. Sejarah awal mula dianjurkannya berpuasa di hari tanggal 10 Muharam adalah ketika Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah. Pada saat itu, Nabi mendapati kaum Yahudi berpuasa pada hari ‘asyura. Oleh karena itu, Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa pada hari ‘asyura.
قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «مَا هَذَا»، قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى، قَالَ: «فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ»، فَصَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ (رواه البخاري)
Artinya: Nabi Muhammad SAW datang ke kota Madinah. Beliau kemudian melihat orang Yahudi puasa pada hari ‘Asyura. Lalu Rasul bertanya, “Ada kegiatan apa ini?” Para sahabat menjawab, “Hari ini adalah hari baik yaitu hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka kemudian Nabi Musa melakukan puasa atas peristiwa tersebut.” Rasul lalu mengatakan, “Saya lebih berhak dengan Musa daripada kalian.” Nabi kemudian berpuasa untuk ‘Asyura tersebut dan menyuruh pada sahabat menjalankannya. (HR. Bukhari)
Keutamaan puasa ‘asyura dibandingkan puasa sunah lain adalah, puasa ini dapat menghapuskan dosa satu tahun yang lalu.
عَنْ أَبي قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صِيامِ يَوْمِ عَاشُوراءَ، فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ. (رواه مسلم)
Akan timbul pertanyaan, mengapa keutamaan puasa ‘asyura hanya melebur dosa satu tahun lalu,tidak sama dengan keutamaan puasa arafah yang dapat melebur dosa satu tahun lalu dan tahun yang akan datang? Hal ini dikarenakan puasa ‘arofah dikhususkan untuk Nabi Muhammad dan umatnya saja, berbeda dengan puasa ‘asyura yang bukan hanya dianjurkan kepada umat Nabi Muhammad, juga dilakukan oleh Nabi Musa serta umatnya.
Selain dianjurkan berpuasa pada hari ‘asyura, terdapat juga amalan-amalan lain yang baik dilakukan pada hari ini. Di dalam kitab Kanzun Naja wa Surur Fii Ad’iyyati Tasyrahus Shudur, Syekh Abdul Hamid menyebutkan dalam bentuk syair :
فِى يوْمِ عَاشُوْرَاءَ عَشْرٌ تَتَّصِلْ * بِهَا اثْنَتَانِ وَلهَاَ فَضْلٌ نُقِلْ
صُمْ صَلِّ صَلْ زُرْ عَالمِاً عُدْ وَاكْتَحِلْ * رَأْسُ الْيَتِيْمِ امْسَحْ تَصَدَّقْ وَاغْتَسِلْ
وَسِّعْ عَلَى اْلعِيَالِ قَلِّمْ ظُفْرَا * وَسُوْرَةَ الْاِخْلاَصِ قُلْ اَلْفَ تَصِلْ
Artinya: “Ada sepuluh amalan di dalam bulan ‘asyura, yang ditambah lagi dua amalan lebih sempurna. Puasalah, shalat lah, sambung silaturrahim, ziarah orang alim, menjenguk orang sakit dan celak mata. Usaplah kepala anak yatim, bersedekah, dan mandi, menambah nafkah keluarga, memotong kuku, membaca surat al-Ikhlas 1000 kali”.
Sebagaiimplementasi dari disunahkannya bersedekah, dalam tradisi Nusantara juga ada istilah bubur suro. Bubur suro merupakan salah satu hidangan khas yang disajikan setiap hari ‘asyura atau masyarakat Nusantara menyebutnya suro. Bubur suro dibuat sebagai bentuk rasa syukur masyarakat untuk mendapat keselamatan, umur panjang, dan rezeki yang luas. Di sebagian wilayah Indonesia, selain bentuk rasa syukur, bubur suro juga untuk mengenang peristiwa Nabi Nuh saat berlabuh dari bahteranya. Untuk itulah mengapa, ada sebagian daerah yang menyajikan bubur suro menggunakan daun pisang yang dibentuk seperti mangkok, karena menggambarkan bahtera yang digunakan Nabi Nuh a.s.