Saat ini banyak sekali orang yang menggandrungi dunia digital terutama media sosial. Dikutip dari Wikipedia bahwa media sosial adalah media digital yang memfasilitasi penggunanya untuk saling berinteraksi atau membagikan konten berupa tulisan, foto, video dan merupakan tempat yang menyediakan fasilitas untuk melakukan aktivitas sosial bagi setiap penggunanya.
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa dalam satu handphone yang kita genggam terdapat beberapa macam platform media sosial yang aktif kita gunakan, seperti YouTube, Instagram, Facebook, Twitter dan yang sedang booming saat ini yaitu Tik Tok. Pengguna platform media sosial tersebut biasanya adalah individu atau kelompok di berbagai lintas usia dan sratata sosial yang berbeda-beda, artinya siapa saja bisa menggunakan media sosial. Sebagian besar dari mereka berperan aktif untuk memproduksi berbagai konten dengan gaya dan ciri khasnya masing-masing. Konten tersebut bisa berupa berita, pengetahuan, review makanan, dan bahkan konten “ngangguran” alias konten yang hanya untuk iseng dan senang-senang saja. Selain itu, banyak juga konten-konten yang berisi ujaran kebencian, penggiringan opini yang memicu pertengkaran, konten politik, serta konten-konten negatif lainnya.
Oleh karena itu, penting sekali bagi kita para santri agar dapat ikut meramaikan media sosial. Kenapa? Karena santri selalu melihat secara langsung keseharian para ulama yang begitu arif nan bijaksana. Dengan ilmu yang telah dipelajari di pesantren, serta dengan bekal nilai-nilai pesantren diantaranya sopan santun, selalu menghargai sesama, selalu menghormati yang lebih tua, sederhana, serta mencintai perdamaian, para santri layak turut serta dalam menyuarakan pesan-pesan itu kepada masyarakat awam.
Dampak dari bermedia sosial sangatlah besar. Padahal kita hanya mengetik satu kata misalkan “Oke” atau “No” , hal itu akan dapat mengarah pada berbagai macam opini. Terlebih jika hal itu diungkapkan oleh seorang tokoh yang pengikutnya sudah ribuan bahkan jutaan. Bayangkan jika kita para santri membuat konten, misalnya tentang “Pentingnya Menjaga Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Basyariyah” yang dimuat dalam postingan Facebook, Twitter, Instagram atau dibuat video agar lebih menarik kemudian diupload ke YouTube atau Tik Tok tentu akan sangat bagus. Meski pengikut dan viewernya masih sedikit, konten tersebut tetap saja menjadi bukti “suara santri” yang turut serta berupaya menjaga keutuhan negeri.
Namun sayangnya, sampai hari ini kita hanya menjadi konsumen atau penonton setia di media sosial. Padahal santri juga memiliki potensi untuk ikut berperan dan aktif memproduksi konten tentang perdamaian dan persatuan. Karena slama ini banyak narasi dan konten yang mengarah pada ujaran kebencian, yang akhirnya menimbulkan kesalahpahaman di antara masyarakat, hingga berujung pada pertengkaran dan perpecahan.
Terjadinya Covid-19 pada tahun 2019-2020 menjadi awal lahirnya dunia virtual, di mana berbagai pertemuan dan beragam acara akhirnya bisa tetap dilaksanakan. Lalu, dari situ pula media sosial semakin ramai dan gencar diperbincangkan serta digunakan sebagai sarana komunikasi dan informasi. Hikmah dari Covid-19 secara tidak langsung membuka jalan bagi pesantren ikut andil di media sosial. Media pesantren akhirnya lebih banyak bermunculan dan masif dalam membuat konten, seperti konten pengajian dan dakwah, yang akhirnya dapat mengimbangi konten-konten konservatif tersebut.
Tak hanya itu, kini bahkan telah banyak santri-santri yang juga mulai aktif di media sosial, dengan dasar ilmu yang baik tentunya kelak akan memenuhi khazanah media sosial dengan konten yang tidak hanya menarik, namun berisi pesan-pesan damai dan cerita tentang akhlak mulia dari para ulama terdahulu. Dikutip dari website Nu Online, Arianto salah satu dosen perguruan tinggi di Padang menyatakan “Ilmu yang diperoleh santri jangan disimpan sendiri, tapi harus disebarkan kepada publik agar bisa menjadi pembanding dari paham-paham keagamaan yang tidak benar. Ada portal-portal pembanding dalam pemahaman keagamaan. Saatnya santri menjadikan media sosial dan portal sebagai sarana media dakwah…”
Momentum Hari Santri Nasional tahun 2023 ini dengan tema “Jihad Santri, Jayalah Negeri” sekiranya dapat menjadi pengingat kita para santri bahwa keturut-sertaan kita dalam media sosial itu juga penting namun itu tetap harus diimbangi dengan ilmu. Oleh karena itu, mari kita tetap ngaji, balajar agar di kemudian hari kita dapat menjadi salah satu dari sekian banyak santri yang menyerukan pesan-pesan damai Islam ke seantero negeri dan bumi ini.
Selamat Hari Santri Nasional 2023