Salah satu hari yang mulia di Bulan Ramadhan, yaitu hari berpulangnya seorang Ummul Mukminin Sayyidah Khadijah binti Khuwailid. Akhirnya saya mencari kembali informasi tentang kisah hidup Sayyidah Khadijah, hingga akhirnya menemukan kajian oleh seorang Syarifah yaitu Ustadzah Halimah Alaydrus. Oleh karena itu saya akan membuat refleksi kisah hidup Sayyidah Khadijah dari pemaparan Ustadzah Halimah Alaydrus.
Suatu ketika, setelah Nabi Muhammad SAW sudah menikah dengan Sayyidah ‘Aisyah RA ada seorang perempuan tua renta yang mengetuk-ngetuk pintu rumahnya. Nabi Muhammad yang mendengar suara itu langsung menghampiri daun pintu rumahnya dan dibukakan segera pintu itu untuk dipersilahkannya masuk perempuan tua itu. Nabi Muhammad SAW sangat menghormati sang perempuan tua tersebut. Pemandangan itu sontak membuat Sayyidah ‘Aisyah bertanya-tanya tentang siapakah sebenarnya perempuan tua itu. Tidak mau dihantui rasa penasaran, Sayyidah ‘Aisyah kemudian bertanya kepada Nabi Muhammad. “Siapakah perempuan itu ya Rasul?” Tanya Sayyidah ‘Aisyah kepada Nabi Muhammad, dengan senyum hangat Nabi Muhammad SAW menjawab pertanyaan sang istri tersebut “Perempuan itu adalah teman baik dari Khadijah, yaitu Nafisah”, mendengar itu Sayyidah ‘Aisyah yang masih muda menunjukkan sedikit rasa kecemburuannya dalam kalimat berikut “Khadijah, Khadijah terus, sampai kapan kau mengingatnya ya Rasulullah?”. Hal itu juga tak jarang membuat istri Nabi yang lain merasa cemburu.
Kita kembali untuk membahas perjalanan hidup Sayyidah Khadijah yang mulia, tentang luhurnya akhlak beliau, tentang ketulusan beliau mencintai Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW. Kisah tersebut bermula dari sayyidah Nafisah yang merupakan salah satu teman dekat dari Sayyidah Khadijah, bahkan dialah yang menjadi perantara hubungan antara Sayyidah Khadijah dengan Nabi Muhammad SAW. Kita tahu semua bahwa Sayyidah Khadijah merupakan seorang saudagar yang kaya raya atau mungkin zaman sekarang menyebutnya sebagai seorang CEO perempuan yang sukses. Beliau merupakan orang paling kaya di kalangan kaum Quraisy, oleh karena itu, semua orang sangat menghormati Sayyidah Khadijah. Pada suatu Hari, Nabi Muhammad SAW menjadi salah satu pegawai Khadijah, beliau sangat terkenal karena memiliki sifat agung yaitu “Al-Amin” (jujur). Sesaat setelah Sayyidah Khadijah mengetahui hal itu, entah mengapa ia merasa tertarik dan menyimpan rasa kepada Nabi Muhammad SAW.
Nah, di sinilah peran penting Sayyidah Nafisah. Pada zaman sekarang ia bisa dikatakan sebagai makcomblang antara Nabi Muhammad SAW dengan Sayyidah Khadijah. Saat itu masih berusia 25 tahun dan belum menjadi Nabi, serta Sayyidah Khadijah saat itu selain pengusaha kaya raya ia juga seorang janda yang berusia 40 tahun. Saat Nabi Muhammad SAW tengah bersantai, Sayyidah Nafisah datang kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengatakan bahwa ada seorang perempuan yang tertarik kepada beliau. Nabi Muhammad tentu langsung bertanya kepada Sayyidah Nafisah tentang siapakah gerangan seorang perempuan itu, karena sebenarnya saat itu Nabi Muhammad SAW belum terbesit untuk menikah. Nabi Muhammad SAW mengutarakan alasannya yang ingin berbalas budi kepada keluarga pamannya yakni Abu Thalib yang selama ini telah membiayai hidup Nabi. Oleh karena itu, Nabi Muhammad ingin fokus bekerja sehingga dapat memberikan nafkah kepada keluarga sang paman. Sedangkan jika menikah tentu harus menafkahi sang istri, oleh karena itu Nabi Muhammad belum memiliki keinginan menikah pada saat itu.
Sayyidah Nafisah menjawab pertanyaan Nabi bahwa perempuan yang ingin menikah dengan beliau adalah Sayyidah Khadijah yang tidak lain bos Nabi Muhammad pada saat itu. Saat Sayyidah Nafisah menyebutkan nama Sayyidah Khadijah, tergurat senyum dan pipi Nabi Muhammad agak memerah, Sayyidah Nafisah berkata pada Nabi Muhammad SAW kurang lebih begini “Ya Muhammad, jika kau menikah dengan Khadijah, maka kau tidak perlu memikirkan tentang nafkah. Kau tahu siapa Khadijah, dia bilang dia yang akan menanggung soal nafkah bahkan untuk keluarga besarmu”. Mendengar hal itu, Nabi Muhammad berkata pada Sayyidah Nafisah jika saya pun mau maka bagaimana cara untuk menyampaikan hal tersebut pada Sayyidah Khadijah. Sayyidah Nafisah tentu langsung meyakinkan Nabi bahwa nanti ia yang akan menyampaikan hal tersebut kepada Sayyidah Khadijah.
Saat itu juga Sayyidah Nafisah bergegas menuju Sayyidah Khadijah dan mengatakan bahwa misinya berhasil. Sayyidah Khadijah tentu merasa sangat senang, tapi kepada Sayyidah Nafisah ia mengatakan bahwa ingin satu kali saja bertemu dengan Nabi Muhammad SAW sebelum acara pernikahan, karena ada sesuatu yang amat sangat penting yang harus dibicarakan. Mendengar itu Sayyidah Nafisah langsung bersiap dan memberitahukan keinginan tersebut kepada Nabi Muhammad SAW. Di sisi lain, Nabi Muhammad SAW mendiskusikan hal tersebut kepada pamannya yaitu Abu Thalib. Kemudian Abu Thaliblah yang mengumpulkan dan menyampaikan kabar gembira itu kepada keluarga besar yang lain, hingga pada saatnya tiba Abu Thaliblah yang mengantar Nabi untuk melamar Khadijah pada sang ayah Khuwailid.
Sayyidah Nafisah kembali mendatangi Nabi Muhammad untuk memberi tahu Nabi bahwa ada hal yang ingin disampaikan oleh Sayyidah Khadijah. Oleh karena itu, Nabi pun bergegas menemui Khadijah dan ingin mendengar apa yang akan dikatakan oleh Khadijah. Sesampainya di tempat itu, mereka bertemu tapi tetap berjarak, dan dalam jarak tersebut Sayyidah Khadijah berkata kepada Nabi Muhammad SAW.
“Muhammad, aku memanggilmu kemari karena menurutku ada hal yang sangat penting yang harus aku sampaikan kepadamu. Saya ingin menikah denganmu wahai Muhammad bukan karena kamu tampan, meskipun kamu iya. Wahai Muhammad, aku ingin menikah denganmu bukan karena kamu muda dan sehat, meskipun itu iya. Wahai Muhammad, aku ingin menikah denganmu bukan karena kamu seorang laki-laki yang akhlaknya baik, meskipun itu iya. Wahai Muhammad, aku menikah denganmu bukan karena kamu “Al-Amin”, meskipun itu iya. Wahai Muhammad, aku ingin menikah denganmu karena aku kira kamu adalah calon Nabi yang akan diutus. Wahai Muhammad, aku ingin menikah denganmu agar saat datang waktunya kamu diutus oleh Tuhan, dan kamu sungguh-sungguh menjadi seorang Rasul. Wahai Muhammad, bawalah serta aku bersama denagnmu menuju Allah yang kelak akan mengutusmu. Wahai Muhammad, jangan tinggalkan aku pada saat itu.”
Hal itu terbukti, bahwa semasa hidupnya Sayyidah Khadijah memberikan seluruh kekayaannya kepada Nabi Muhammad SAW untuk kepentingan dakwah. Bahkan dalam kesempatan yang lain Sayyidah Khadijah pernah mengatakan bahwa hartanya, tenaganya, fikirannya, hidupnya, bahkan matinya ia serahkan untuk kepentingan dakwah Islam. Itulah sekelumit kisah tentang ketulusan cinta Sayyidah Khadijah kepada Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW.
_Wa Allahu A’lam bi as-Shawwab_