Siapkah Kita Mengkonsumsi Zat Beracun Jika Tidak Mengelola Sampah dengan Benar?

Pagi ini langit Kebon Jambu diselimuti mendung. Warnanya abu-abu, udaranya dingin, namun sepertinya hanya sekedar mendung tanpa turun hujan. Kebetulan hari ini adalah hari kedua workshop pengelolaan sampah yang diadakan di Pondok Kebon Jambu, Babakan, Ciwaringin Cirebon. Sebelumnya dalam benak saya, ada pertanyaan yang begitu nakal ingin segera menemukan jawabannya. Saya bertanya-tanya, bukankah sampah sudah cukup dikumpulkan, dibuang dan dimusnahkan? Kenapa sampai harus di-workhshop-kan? Kenapa akhir-akhir ini isu lingkungan seolah-olah sangat penting sekali? Emang iya sepenting itu?

Hari ini, pertama kalinya dalam hidup saya menyadari bahwa sampah bukanlah akhir dari segalanya. Sampah bukanlah hal yang negatif seperti yang biasa dikatakan orang-orang, sampai ada analogi bahwa “jangan jadi pecundang karna pecundang adalah sampah kehidupan”. Tidak ada yang tidak bernilai di dunia ini. Semua orang, semua barang, dan semua tempat bernilai dengan perannya masing-masing. Hari ini saya belajar melihat sampah dari perspektif yang lain. Cara pandang yang jarang dilihat oleh sebagian besar orang.

Dalam pikiran saya bertanya, bukankah sampah cukup dikumpulkan dan dibuang? Emangnya ada cara lain untuk menyelesaikan masalah sampah? Mungkin dulu saya berpikir seperti itu, bahwa sampah cukup dikumpulkan dan dibuang, namun sekarang saya mulai berpikir bahwa ada cara lain dalam mengatasi penumpukan sampah karena kalau hanya dibuang saja, lantas apa yang terjadi di pusat sampah atau TPA? Itupun kalau membuangnya sesuai dengan prosedur. Kalau yang membuang sampah tidak sadar dan membuang sampah sembarangan, apa yang terjadi dengan danau-danau, sungai-sungai, laut-laut, dan sumber mata air kita? Mungkin kamu akan berpikir “loh, kan banyak juga yang sudah mendaur ulang sampah, emangnya itu tidak berguna?

Persoalan sampah bukan sekedar persoalan teknis mengubah satu bentuk ke bentuk yang lainnya atau bagaimana cara memusnahkannya. Tapi lebih dari itu semua, bicara masalah sampah, sama halnya dengan berbicara tentang bagaimana caranya agar saya, kamu, dan kita semua mau terlibat dan bergerak bersama-sama untuk memberikan yang terbaik bagi dunia dan bagi lingkungan sekitar kita. Peduli pada sampah sama halnya peduli pada jutaan populasi makluk hidup di dunia ini.

Adanya halaqoh dan workshop pengelolaan sampah ini merupakan suatu bentuk kepedulian dan penggugah kesadaran dimana sebelumnya kita berpikir bahwa “sampah harus dibuang” menjadi “bagaimana cara kita bergerak mengurangi sampah bersama-sama”. Bagaimana caranya bukan hanya saya, atau kamu saja yang peduli namun juga kita, karena tanggung jawab masalah sampah bukan hanya tanggung jawab pribadi melaikan tanggung jawab bersama. Akan tetapi kembali lagi, tanggung jawab bersama bisa dicapai jika setiap orang telah memiliki kesadaran penuh secara pribadi.

Isu lingkungan akhir-akhir ini menjadi sangat penting karena keberlanjutan keberlangsungan populasi manusia, hewan dan tumbuhan sangat tergantung dengan lingkungan. Selain itu, kualitas lingkungan mempengaruhi kualitas hidup manusia secara langsung. Semakin banyak orang yang memiliki kesadaran tentang pengelolaan sampah, maka kualitas hidup manusia akan semakin membaik. Jika sampah tidak dikelola dengan baik atau hanya dibakar secara terus-menerus tentunya akan mencemari ekosistem dan menghambat proses air tanah. Air tanah adalah salah satu dari sumber kehidupan yang sangat penting tidak hanya bagi manusia, namun juga bagi tumbuhan dan hewan.

Sebagai contohnya, beberapa saat yang lalu telah ditemukan mikroplastik dalam tubuh ikan yang diambil dari sungai Bengawan Solo, Brantas, Citarum, dan Ciliwung. Adanya temuan mikroplastik dalam tubuh ikan menunjukkan bahwa adanya pencemaran serius pada sungai-sungai yang ada di Indonesia. Hal itu mengindikasikan adanya ancaman kesehatan yang serius pula terhadap populasi manusia dan makluk lainnya karna terdapat tiga potensi berbahaya pada mikroplastik yaitu potensi secara fisika, kimiawi, dan biologi yang apabila tubuh manusia terpapar, mikroplastik tersebut akan mengendap dan memicu terjadinya kanker.

Sekarang, mari kita tanya pada diri kita, pada nurani terdalam kita. Jika kita mengabaikan kebersihan lingkungan, mengabaikan tanggung jawab untuk saling merawat alam, sudah siapkah kita untuk mengkonsumsi zat beracun? Sudah siapkah kita untuk meninggalkan orang-orang yang kita sayangi hanya karna keegoisan diri? Bukankah kita sudah berilmu? Lantas dimana letak amal kita? bukankah lebih indah jika dunia ini dirawat bersama-sama? Maka dari itu, Mari bersama-sama merawat alam dan menjaga orang-orang yang kita sayangi dengan mau belajar dan mengembangkan diri dalam mengelola sampah dengan benar.

{{ reviewsTotal }} Review
{{ reviewsTotal }} Reviews
{{ options.labels.newReviewButton }}
{{ userData.canReview.message }}

Bagikan :

Artikel Lainnya

Muludan Bisa Menjadi Obat dari B...
Beberapa hari kemarin kita memasuki bulan yang sangat mulia, d...
Yang Pertamakali Tahu Tanda-tand...
Saya mendengarkan keterangan ini dari salah satu pengajian Gus...
Bullying itu Menyakitkan, Jangan...
Melihat banyaknya berita tentang bullying akhir-akhir ini, ras...
Peran Mahasiswa KKN Plus 2024 In...
Dalam upaya untuk mempererat ukhwah Islamiyah, Mahasiwa/i Kuli...
الحرمة خير من الطاعة
Di manapun dan dengan siapapun kita hidup pasti ada yang naman...
Perempuan dalam Sistem Pendidika...
Indonesia adalah negara dengan masyarakat yang agamis dan juga...

Hubungi kami di : +62851-5934-8922

Kirim email ke kamikebonjambu34@gmail.com

Download APP Kebon Jambu Coming Soon