Tomo dan Tomi, Telaah Pahlawan Negeri Konoha dan Indonesia

Masuk semester delapan di Ma’had Aly, Tomo semakin tenggelam dengan buku dan laptopnya. Ia mempunyai teman karib bernama Tomi, seorang wibu (penikmat anime) yang banyak menemaninya berdiskusi untuk bahan skripsinya yang berjudul “Pahlawan Negeri Konoha”. Walaupun jurusan sejarah yang ia geluti tak pernah sekalipun menyinggung tentang asal usul klan Uchiha dan Hasirama, tapi Tomo terobsesi dengan kisah heroik dalam film tersebut sehingga ia mengangkatnya sebagai judul skripsi untuk gelar S1-nya. Edan!

Tomo tak pernah bosan menonton film tentang ninja Konoha itu, walau ia sudah mengkhatamkannya puluhan kali. Jika ada reward bagi pononton paling banyak mengkhatamkan film yang sampai 500 episode itu, maka Tomolah yang berhak mendapatkannya. Bagaimana tidak, saking seringnya, Ia sampai hapal betul silsilah lakon-lakon dalam film tersebut, siapa ayah Naruto, ibunya Sasuke, saudaranya Neji, bahkan sampai nasab Ayah-Ibu Masashi Kishimoto (pengarang cerita Naruto) pun Tomo tahu. Benar-benar tanpa tanding pengetahuannya kalau menyangkut kisah ninja negeri daun tersembunyi itu.

Dari hampir 1000 mahasantri yang ada di kampus Ma’had Aly Kebon Jambu mungkin hanya Tomi yang sebanding pengetahuan Narutonya dengan Tomo. Tomi memang tak seekstrim dan sefanatik Tomo dalam menonton anime Jepang itu, namun tetap bisa mengimbangi.

“Tom, kok bisa sih lu hapal alur film sedetile itu?” tanya seorang teman lelaki Tomi saat ia selesai bercerita tentang efek samping dari jari Sukuna yang dimakan Itadori Yuji di film Jujutsu Kaisen.

“Ya, gue kan nonton filmnya,” jawabnya sambil terkekeh.

“Maksud gue … gue juga kan nonton, tapi kok gue gak bisa nyeritain selengkap itu lagi kaya, lu?”

“Lu cuma nonton doang kali, gak merhatiin setiap kejadiannya..”

Pintu kelas terbuka, Tomo masuk. Ia melihat kawan-kawannya sedang memutari bangku Tomi.

“Film apa tuh?” tanya Tomo yang paham kalau posisi teman-teman sudah mengerubungi Tomi, itu tandanya mereka sedang membicarakan film seperti biasanya.

“Biasalah Jujutsu,” jawab Tomi.

“Hooh.”

Tomo tidak banyak komentar, ia gelap selain soal Naruto. Kemudian ia memilih duduk di bangkunya dan mulai membuka laptop.

“Tomi ceritain pahlawan Indonesia dong!” pinta lelaki beroutfit kece kepada Tomi.

“Pahlawan negeri Konoha aja tuh kayak skripsinya si Tomo,” celetuk kawan lain, semua tertawa.

“Mo, Tomo,” panggil Tomi. “Ini ada yang minta cerita pahlawan Negeri Konoha katanya.”

Tomo tersenyum dari seberang, kini semua mata memandang ke arahnya.

“Gua bukan pendongeng handal,” ucapnya yang membuat semua tertawa, semua ingat kalau “pendongen handal” adalah julukan untuk Katak Bhizher (youtuber yang naik daun dengan hanya modal cerita).

“Jadi gini ….” kata Tomi mulai membuka cerita lagi.

Semua kembali fokus ke arah Tomi, mereka serius dan memasang telinga untuk mendengarkan cerita Tomi yang selalu asik, unik dan menarik.

“Kemarin gua diskusi sama Tomo, seperti biasa, dia lagi sibuk-sibuknya nulis tentang pahlawan-pahlawan Konoha yang jadi bahan penelitian skripsinya. Perlu kalian-kalian tahu, sebenarnya Tomo ngangkat judul itu bukan tanpa alasan. Dia lagi bikin perbandingan sejarah pahlawan Indonesia sama pahlawan Negeri Konoha. Karena menurutnya pahlawan kita sama pahlawan Konoha gak jauh beda.”

Semua hening pertanda semua fokus menyimak penuh ceritanya.

“Kok bisa sih?” tanya seorang teman di depan Tomi yang amat penasaran dan ingin cepat-cepat Tomi melanjutkan ceritanya.

“Iya, gue juga gak ngeh awalnya, sama kayak lu. Gua juga nanya ke dia, kok bisa, sih? Terus dia bilang, dulu waktu desa Konoha diserang, semua Shinobi bersatu melawan Pain. Waktu Belanda datang seluruh rakyat Indonesia juga bersatu melawan penjajah. Pain dan Akatsuki itu simbol Belanda sama sekutu. Kalau Pain datang berniat ngehancurin Konoha sehancur-hancurnya biar orang-orang tau rasa sakit penderitaan dari peperangan. Sementara Belanda lebih parah karena datang buat ngerampas tanah dan sumber daya negara kita. Belum lagi kerja Rodi. Uh! Itu the real perbudakan bertahun-tahun rakyat Indonesia.

“Nah kesamaannya, ya gitu. Waktu masa perang dunia Shinobi, semua negara bersatu buat ngalahin Madara. Wehh … itu Madara jurusnya gka ada obat. Dia bisa ngebom puluhan kali hasil nyerap semua Biju (hewan dengan kekuatan Overpower) yang ada di dunia. Indonesia juga yang terdiri dari berbagai agama, waktu itu semua bersatu buat sama-sama ngalahin Belanda. Gak usah ditanya negara ini senjatanya apa, mereka punya peralatan lengkap dan lebih canggih. Sniper, tank baja, shotgun, dan sebagainya lah.

“Nah terus selain itu, waktu perang dunia Shinobi kan saling adu jurus tuh. Madara pake Biju Dama (tembakan serupa rudal yang berkekuatan menghancurkan satu negara), Naruto lewat Cakra (kekuatan), Kiyubi (rubah berekor sembilan) dan strategi bapaknya bisa ngehalau tuh serangan mematikan itu. Nah, Indonesia juga ternyata dulu gitu, Jendral Sudirman waktu dia sadar tempat persembunyian dia sama pasukannya ketauan Belanda. Dia langsung minta penduduk desa yang ia tinggali buat ngungsi di desa lain. Bener aja Belanda datang, mereka gerebek terus ngebakar satu kampung itu. Uh, untung semua penduduk udah ngungsi dan Jendral Sudirman sama pasukannya juga udah balik ke hutan bergerilya lagi.

“Nah, selain perang, kalau lu liat sampe khatam. Lu pasti inget kalau Naruto gak selalu terus ngelawan musuhnya, dia sering juga pake ceramah no jutsu (jurus dengan cara menasihati lawan tentang tak bergunanya permusuhan dan pertengkaran) buat nyadarin lawan dan ngajak mereka berdamai.

“Lagi-lagi Indonesia juga dulu gitu. Selain melawan musuh lewat perang gerilya Jendral Sudirman dan tentara rakyat, Bung Karno dan Bung Hatta juga berjuang lewat diplomasi (musyawarah) dengan Belanda untuk perjanjian damai dan gencatan senjata.

“Ah, perang gerilya. Lu pada tau kan arti perang gerilya?”

Tomi mencoba menerawang satu persatu pendengarnya. Semua terdiam. Malah ada juga yang geleng-geleng kepala pelan.

Tomi mendecak. Ia mengomel, “Hah! Masa mahasantri sejarah Mahad Aly gak tau arti Perang gerilya. Hallo? Wah … Diragukan kemahasantriannya nih.”

“Ini ada nih di google,” celetuk seorang teman di kerumunan belakang.

“Apa katanya?” tanya Tomi.

“Perang Gerilya merupakan terjemahan dari bahasa Spanyol: Guerrilla yang secara harafiah berarti perang kecil. Perang gerilya adalah perang yang dilakukan secara sembunyi sembunyi, penuh kecepatan, sabotase dan biasanya dalam kelompok yang kecil tapi sangat fokus dan efektif. Sumber Wikipedia.” Pungkasnya.

“Nah itu gak beda jauh sama yang di Naruto kan. Kalian tau sendiri di perang lawan Madara terakhir, yang masuk kotak isolasi bikinan Madara, kan gak semua Shinobi, cuman Naruto, bapaknya(Yondaime), Sasuke, tobirama, terus siapa lagi gue lupa. Tapi pokoknya gak semua. Nah, bisa tuh Naruto dikatakan bergerilya waktu itu.

“Kalo di Indonesianya ada Jendral Sudirman dengan hanya beberapa gelintir anak buahnya. Ia bergerilya di hutan meninggalkan keluarga tercinta, kesenangan, ego pribadi, semua dia gadai demi membela tanah air. Demi mengabdi pada Negara. Pokoknya the best bet sama pak Jendral.”

Tomi mengambil napas sejenak karena lelah berejam-jam ia bicara. Tak lama kemudian ia pun melanjutkan, “Ya pokonya gitu. Tomo emang gak ada obat urusan yang ginian. Salut bet pokonya gue..”

“Lah, beres tah ceritanya, Mi?” tanya seorang teman tak sabaran.

“Ya emang segitu diskusi gue sama Tomo. Udah tamat itu.”

“Alhamdulillah,” ucap aeorang lagi, semua puas dan bubar satu-persatu.

“Makasih, ya, Mi, ceritanya bagus bet sumpah. Aku kek baru sadar persamaan pahlawan Konoha sama Indonesia.”

Tomi hanya tertawa. “Kalau versi gue omong kosong semua. Isiannya Tomo semua.”

Sekilas Tomi melirik ke arah bestienya itu yang sedari tadi sibuk dengan laptopnya. Rupanya lelaki kurus itu diam-diam menyimak dongengnya. Tomo tampak tersenyum cerah sambil geleng-geleng kepala. Tomi membalas dengan kedipan sebelah mata. Keduanya terkekeh geli.

{{ reviewsTotal }} Review
{{ reviewsTotal }} Reviews
{{ options.labels.newReviewButton }}
{{ userData.canReview.message }}

Bagikan :

Artikel Lainnya

Muludan Bisa Menjadi Obat dari B...
Beberapa hari kemarin kita memasuki bulan yang sangat mulia, d...
Yang Pertamakali Tahu Tanda-tand...
Saya mendengarkan keterangan ini dari salah satu pengajian Gus...
Bullying itu Menyakitkan, Jangan...
Melihat banyaknya berita tentang bullying akhir-akhir ini, ras...
Peran Mahasiswa KKN Plus 2024 In...
Dalam upaya untuk mempererat ukhwah Islamiyah, Mahasiwa/i Kuli...
الحرمة خير من الطاعة
Di manapun dan dengan siapapun kita hidup pasti ada yang naman...
Perempuan dalam Sistem Pendidika...
Indonesia adalah negara dengan masyarakat yang agamis dan juga...

Hubungi kami di : +62851-5934-8922

Kirim email ke kamikebonjambu34@gmail.com

Download APP Kebon Jambu Coming Soon