Nyai Hj. Awanilah Amva, atau yang akrab disapa Nyai Awa, adalah salah satu figur ulama perempuan muda dan pengasuh Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, Babakan, Ciwaringin, Cirebon. Beliau dikenal sebagai sosok pendidik yang energik, intelektual, sekaligus aktivis sosial yang mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan santri dan pembelaan terhadap kaum marjinal, khususnya anak-anak jalanan.

Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan

Nyai Awa lahir dan besar dalam lingkungan pesantren yang kental dengan nilai-nilai agamis dan intelektual. Beliau adalah putri dari pasangan ulama, KH. Amrin Hanan dan Nyai. Hj. Fariyatul ’aini, Dewan Pengasuh Pondok Kebon Jambu. Tumbuh di tengah ribuan santri, jiwa kepemimpinan dan kepedulian sosialnya terbentuk sejak dini.

Untuk memperdalam ilmu agamanya, beliau menempuh pendidikan di berbagai pesantren ternama, di antaranya Pesantren al-Amien di Madura dan Pondok Pesantren ARIS di Kaliwungu, Kendal.¹ Latar belakang pendidikan pesantren ini memperkaya wawasannya dalam memadukan nilai-nilai tradisi dengan tantangan dunia modern, menjadikannya sosok yang relevan bagi generasi muda.

Peran di Pesantren dan Kepedulian Sosial

Sebagai salah satu pengasuh Pondok Kebon Jambu, Nyai Awa terlibat langsung dalam proses pendidikan dan pengasuhan ribuan santri. Beliau menjadi teladan nyata bagi para santri putri, menunjukkan bahwa perempuan memiliki kapasitas yang sama untuk menjadi pemimpin, pendidik, dan penggerak di tengah masyarakat.

Namun, pengabdian Nyai Awa tidak hanya terbatas di dalam tembok pesantren. Beliau memiliki kepedulian yang luar biasa terhadap isu-isu sosial, terutama nasib anak-anak jalanan di Cirebon. Berangkat dari keprihatinannya melihat banyak anak yang hidup di jalanan tanpa akses pendidikan dan bimbingan, beliau mendirikan sebuah komunitas belajar dan rumah singgah.

Di tempat ini, anak-anak jalanan tidak hanya diajarkan membaca dan menulis, tetapi juga diberikan pendidikan karakter, bimbingan akhlak, dan ilmu agama. Bagi Nyai Awa, setiap anak berhak mendapatkan kesempatan untuk memiliki masa depan yang lebih baik, terlepas dari latar belakang mereka. Beliau sering turun langsung ke jalan untuk menyapa, merangkul, dan mengajak mereka untuk belajar bersama.

Semangat Kartini di Era Modern

Bagi Nyai Awa, perjuangan Raden Ajeng Kartini di masa lalu adalah sumber energi dan inspirasi yang luar biasa. Beliau meyakini bahwa semangat Kartini untuk membebaskan kaumnya dari kebodohan dan keterbelakangan harus terus dinyalakan. Perjuangannya dalam mendidik santri dan membina anak jalanan adalah bentuk nyata dari implementasi semangat Kartini di era modern.

Melalui kiprahnya, Hj. Awanilah Amva membuktikan bahwa menjadi seorang perempuan, seorang Nyai di lingkungan pesantren, adalah sebuah kekuatan untuk menebar manfaat seluas-luasnya. Beliau adalah Kartini masa kini dari Pesantren Kebon Jambu, yang mendedikasikan ilmunya untuk mencerahkan kehidupan sesama.

Catatan Kaki & Daftar Pustaka

¹ DetikNews. “Awanilah Amva, ‘Kartini’ di Antara Seribuan Santri”. Diakses dari https://news.detik.com/berita/d-5540592/awanilah-amva-kartini-di-antara-seribuan-santri

² NU Online. “Nyai Awanillah Amva: Perjuangan Kartini Energi Luar Biasa”. Diakses dari https://www.nu.or.id/nasional/nyai-awanillah-amva-perjuangan-kartini-energi-luar-biasa-tLDxm

³ Mubadalah.id. “Nyai Awanillah Amva, Ulama Perempuan Muda yang Peduli kepada Anak Jalanan”. Diakses dari https://mubadalah.id/nyai-awanillah-amva-ulama-perempuan-muda-yang-peduli-kepada-anak-jalanan/