Ang Asror; Pribadi yang Lebih Banyak Mencontohkan daripada Memerintahkan

Pondok Kebon Jambu Al-Islamy pernah dipimpin oleh seorang kiai yang begitu kharismatik yang disegani oleh seluruh santrinya. Para santri bahkan akan merasa segan hanya dengan mendengar nama beliau disebutkan. KH. Asror Muhammad (Allahumma yarham), yang merupakan putra dari pendiri Pondok Kebon Jambu menjadi suri tauladan bagi para santri. Cara beliau bertutur kata dengan gaya khasnya, tenang dan bertenaga. Tidak sedikit santri yang masih mengingat betul suara beliau pada saat menuturkan dzikir atau saat memberikan nasihat.

Hal yang menjadikan beliau disegani oleh para santri adalah beliau tidak pernah memerintahkan sesuatu tanpa beliau sendiri pernah melakukannya. Pernah suatu ketika, saat roan Jumat (bersih-bersih lingkungan pondok setiap hari Jumat) beliau memanjat pohon mangga untuk membersihkan dahan-dahan yang terlalu menjalar. “Kih kaya mengkenen ya cara negori pang-pange!”(Begini yah cara membersihkan dahan-rantingnya)ucap beliau sambil mempraktikkannya kepada para santri yang melihatnya. Tidak hanya dalam hal memotong dahan-dahan pohon, semua tugas-tugas roan pun selalu beliau praktikkan terlebih dahulu, seperti membersihkan got, mencabuti rumput, membersihkan sarang laba-laba di langit-langit ruangan, dan banyak lagi pekerjaan-pekerjaan yang selalu beliau praktikkan terlebih dahulu sebelum memerintah santri-santrinya. Bahkan, jika dibandingkan, lebih banyak perintah yang beliau contohkan secara langsung daripada hanya sekedar memerintah. “Kang paling dituruti iku laku lampah, ora ucapan bae” (Hal yang paling diteladani adalah praktik, bukan hanya tutur kata).Nasihat beliau suatu hari.

Beliau sangat memperhatikan kerapian para santri. Di antaranya kerapian rambut. Beliau selalu menekankan kepada santri-santrinya untuk tidak memanjangkan rambut lebih dari 5 cm. Setiap satu bulan sekali beliau selalu turun tangan untuk merazia rambut para santri. Tentunya, sebelum itu beliau telah merapikan rambutnya terlebih dahulu. Seringkali beliau berkeliling ke kamar-kamar santri. Misalkan didapati ada kamar yang tidak rapi dan tidak bersih, beliau akan langsung menegurnya, seperti jika di kamar ada santri yang menyampirkan pakaian di pintu lemari, karena dinilai tidak rapi.

Pentingnya Ngaji lan Jamaah

Ngaji lan Jamaah adalah dua hal yang sangat beliau perhatikan. Setiap kali memberikan nasihat, selalu ada saja topik terkait salat berjamaah. Ceritanya, pernah dulu saat beliau masih kanak-kanak ingin dibelikan mobil remot karena saat itu mainan tersebut sedang populer dimainkan oleh teman-teman sebayanya. Didikan yang diajarkan oleh orang tuanya adalah tidak langsung membelikannya. Akan tetapi Ang Asror disuruh salat berjamaah dulu selama 40 hari di barisan paling depan. Jika didapati tidak salat berjamaah satu hari saja, maka harus mengulangnya lagi dari awal, dan seterusnya. Setelah lulus salat jamaah selama 40 hari, barulah dibelikan mobil remot yang diinginkan. Tapi, mainan itu tidak langsung diberikan, melainkan ditaruh di atas lemari. “Kalau mau memainkan mobil itu, jamaah 40 hari lagi, di depan”. Perintah orang tua beliau. Didikan yang diajarkan sejak dini tentang salat berjamaah telah tertanam kuat. Jadi, beliau tidak pernah sekalipun mengendurkan istiqomah terkait salat berjamaah.

Suatu ketika, ada santri yang sowan ke beliau. Santri tersebut adalah Khodim (abdi dalem kiai). Dia mengeluhkan tentang dirinya yang tidak bisa mengaji (paham tentang pengajian) meskipun sudah mondok lama. “Baka pengen olih hasil, urip iku kudu ditantang” (Jika ingin mendapatkan hasil, hidup harus memiliki tantangan), nasihat beliau kepada santri tersebut. Siapa sangka, bukannya diajarkan mengaji supaya bisa, santri tersebut justru ditugaskan menjadi seksi pendidikan komplek yang lumrahnya dijabat oleh santri yang bisa dan pandai mengaji. Tapi, memang itu rencana Ang Asror. Beliau memberikan tantangan kepada santri tersebut untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dikuasainya. Karena dengan tugas yang ia terima akan menuntutnya untuk bertanggung jawab terhadap tugas itu dan menjadikannya belajar langsung dengan pengalaman yang ia jalani. Tidak hanya memberikan tugas menjadi seksi pendidikan komplek, Ang Asror juga berpesan kepada santri tersebut untuk senantiasa salat berjamaah jika ingin menggapai sesuatu. Apapun itu.

Salat berjamaah itu memiliki rahasia tersendiri. Bukan hanya datang ke masjid lalu melaksanakan salat bersama-sama. Tetapi terdapat hikmahtersendiri di baliknya. Seperti nasihat Ang Asror, “Baka mengeni apa-apa, riyadhoh jamaah aja ditinggal” (Jika menginginkan sesuatu, Riyadhoh -melatih jiwa dengan membiasakan melakukan sesuatu yang baik- salat berjamaah jangan ditinggalkan). Jika kita memiliki cita-cita, keinginan, bukan hanya berusaha untuk menggapainya, tapi harus diiringi dengan riyadhoh. Kalau yang diajarkan Ang Asror ya dengan salat berjamaah itu. Semoga kita semua dapat mengikuti jejak beliau dan mendapatkan berkah serta ridhonya. Amiiin.

Allahummaghfirlahu…

{{ reviewsTotal }} Review
{{ reviewsTotal }} Reviews
{{ options.labels.newReviewButton }}
{{ userData.canReview.message }}

Bagikan :

Artikel Lainnya

Muludan Bisa Menjadi Obat dari B...
Beberapa hari kemarin kita memasuki bulan yang sangat mulia, d...
Yang Pertamakali Tahu Tanda-tand...
Saya mendengarkan keterangan ini dari salah satu pengajian Gus...
Bullying itu Menyakitkan, Jangan...
Melihat banyaknya berita tentang bullying akhir-akhir ini, ras...
Peran Mahasiswa KKN Plus 2024 In...
Dalam upaya untuk mempererat ukhwah Islamiyah, Mahasiwa/i Kuli...
الحرمة خير من الطاعة
Di manapun dan dengan siapapun kita hidup pasti ada yang naman...
Perempuan dalam Sistem Pendidika...
Indonesia adalah negara dengan masyarakat yang agamis dan juga...

Hubungi kami di : +62851-5934-8922

Kirim email ke kamikebonjambu34@gmail.com

Download APP Kebon Jambu Coming Soon