Cinta di Dalam Gelas adalah salah satu novel yang ditulis oleh penulis terkenal, Andrea Hirata. Ia lahir di Bangka Belitung 24 November 1967. Cinta di Dalam Gelas merupakan novel karangannya yang diterbitkan pada tahun 2010.
Novel ini bercerita tentang seorang perempuan pendulang timah bernama Maryamah dan perjuangannya untuk mengalahkan mantan suaminya, Matarom dalam kejuaraan catur 17 Agustus. Maryamah adalah perempuan pertama di Belitung yang bermain catur. Saat itu, perempuan tidak lazim bermain catur, karena catur sangat identik dengan laki-laki. Namun dengan tekad kuat untuk menglahkan mantan suaminya yang pernah melakukan KDRT kepadanya saat masih dalam ikatan pernikahan, Maryamah berusaha untuk mempelajari permainan catur. Dalam mempelajari bidak-bidak catur, Maryamah dibantu oleh seorang pemuda bernama Ikal.
Sehari-hari Ikal bekerja di warung kopi milik pamannya. Minum kopi adalah tradisi orang melayu. Orang melayu sangat gemar minum kopi dalam suasana dan keadaan apapun. Mereka memiliki selera kopi sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang mereka alami. Dari situlah Ikal menemukan beberapa hipotesis tentang para pelanggan kopi di warung pamannya, dimana beberapa di antara mereka adalah peserta kejuaraan catur yang akan menjadi lawan Maryamah. Dari takaran kopi dan gula yang dipesan pelanggannya, juga dari cara mereka memegang gelas kopi, Ikal dapat menyimpulkan sifat, watak dan suasana yang sedang melanda pelanggannya itu.
Selain itu, Ikal juga membantu Maryamah dengan menghubungi salah satu kawannya yang merupakan pecatur Perempuan tingkat dunia, Grand Master Ninochka Stronovsky. Ikal rutin mengirimkan diagram catur Maryamah dan calon-calon lawannya kepada Grand Master melalui surat elektronik yang dapat ia akses di Tanjong Pandan. Dari situ Grand Master dapat membaca pola permainan catur calon lawan Maryamah dan menyimpulkan teknik dan pola permainan seperti apa yang harus Maryamah lakukan.
Akhirnya Maryamah dapat bertemu dengan Matarom di babak final kejuaraan catur 17 Agustus. Di babak final ini, Grand Master Ninochka Stronovsky hadir demi untuk menyaksikan pertandingan catur antara Maryamah dan Matarom. Kemudian Maryamahlah yang keluar sebagai pemenang. Kemenangan perdana Maryamah ini membuat minat perempuan pada permaianan catur semakin tinggi.
Cinta di Dalam Gelas menceritakan tentang kiprah seorang perempuan yang berhasil meruntuhkan kontruksi budaya masyarakatnya. Seorang perempuan dalam masa ini dikatakan tidak lazim jika ia terjun dalam permainan catur karena catur identik dengan laki-laki. Namun karena kesungguhannya, Maryamah dapat mengikuti kejuraan catur melawan para laki-laki meski dengan sehelai kain yang harus dibentangkan diantara wajahnya dan wajah lawannya di samping itu ia juga harus memakai cadar. Novel ini menggambarkan sebuah sistem kehidupan masyarakat yang sangat menghormati ajaran agama yang mereka anut. Belitung yang digambarkan dalam novel ini merupakan wilayah yang sangat kental memegang ajaran agama Islam namun juga memiliki sikap toleransi yang sangat tinggi karena disana mereka hidup rukun berdampingan dengan masyarakat yang berlainan etnis dan kepercayaan.
Meski begitu kental dengan ajaran agama Islam, penulis menggambarkan Belitung pada saat itu bukanlah suatu tatanan masyarakat yang sangat patriarkhi. Belitung pada saat itu telah mengizinkan para perempuannya untuk bekerja di pasar, di warung kopi dan mendulang timah. Belitung dalam hal ini tidak membedakan laki-laki dan perempuan, semua orang boleh bekerja. Belitung saat ini merupakan tatanan masyarakat yang sangat sederhana dan jauh dari kemewahan sehingga menuntut siapapun untuk bekerja.
Baca Juga :
Pengelolaan Sampah Sebagai Implementasi dari Fiqh Al-Bi’ah
Wisuda Marhalah Ula (M-1) Angkatan Ke-3 Ma’had Aly Kebon Jambu Cirebon
Meski bergenre fiksi, novel ini menggambarkan latar tempat dan waktu dengan teliti. Pembaca seakan dibawa menuju pedalaman Belitung pada era enam puluhan yang belum begitu mengenal teknologi dan sangat kental dengan adat budaya Melayu.
Pembaca dibawa menuju alam imajinasi penulis yang cukup rasional. Novel ini menggambarkan sebuah pola kehidupan masyarakat yang unik dengan menyorot adat dan budayanya melalui tokoh-tokoh yang diceritakan dalam novel ini. Novel ini bahkan lebih dari sekedar fiksi. Novel ini layak sekaligus disebut sebagai laporan penelitian Andrea Hirata yang dilakukan di tanah kelahirannya sendiri.
Selain itu, dalam novelnya ini, Andrea Hirata menyalurkan selera humornya dengan maksimal. Seringkali ia menceritakan tingkah-tingkah lucu masyarakatnya yang sangat sederhana namun menarik.
Novel ini dapat dibaca oleh semua kalangan; para perajin humaniora, matematika, penggemar humor, pecinta kopi dari kalangan bawah hingga pejabat yang ingin mendengar keluh kesah masyarakatnya tentang pemerintahan pada latar waktu dalam novel ini.