Pondok Kebon Jambu kembali kehadiran tamu dari kalangan non-muslim, yakni dari Badan Pendidikan Kristen (BPK) Penabur Kota Cirebon. Acara yang bertemakan “Harmony in Diversity” tersebut dilaksanakan pada hari Jum’at (23/02/2024) bertempat di Masjid Sang Dwi Cahya Mulya dan diikuti oleh segenap siswa-siswi SMAK Penabur kelas 12 yang didampingi oleh Dewan Guru dan Kepala Sekolah. Acara yang berlangsung dari pukul 09.00 – 14.30 WIB dihadiri juga oleh beberapa santri tingkat Aliyah dan Mahasantri Ma’had Aly Kebon Jambu, baik putra maupun putri.
Kedatangan para tamu disambut hangat oleh para santri di depan griya Ibunda Nyai Hj Masriyah Amva. Para tamu diarahkan ke Griya Ibu Nyai untuk menikmati jamuan yang telah disediakan. Sebelum menuju tempat acara, para tamu diajak untuk berkeliling melihat setiap sudut pesantren. Acara dibuka dengan sapaan akrab dari Mba Hilya selaku MC kepada segenap tamu yang telah hadir. Kemudian, acara dilanjuntukan dengan sambutan Ibu Nyai Hj. Masriyah Amva selaku tuan rumah sekaligus pimpinan Pondok Kebon Jambu Al-Islamy. Ibu menyampaikan sejarah singkat tentang Pondok Kebon Jambu Al-Islamy dan tradisi pesantren sekaligus bercerita tentang pengalaman spiritual Beliau selama menjalankan amanah sebagai pimpinan Pesantren. Salah satu yang begitu menyentuh adalah ketika Beliau mengutarakan ungkapan pasrah semasa ditinggal Akang dengan kalimat “Sekarang aku angkat Engkau sebagai Kekasihku”. Secara tidak langsung Beliau sedang mengajarkan kita semua untuk selalu bersandar kepada Tuhan bukan makhluk Tuhan.
Setelah itu, sambutan kedua dari Bpk. Agung Prasetyo yang mewakili BPK Penabur. Beliau menyampaikan bahwa acara ini diharapkan tidak hanya sebatas damai. Karena damai bisa tercapai cukup tidak saling mengenal satu sama lain, maka terwujudlah damai. Namun, perdamaian haruslah muncul setelah adanya interaksi sosial antar sesama manusia, baik yang seagama maupun berlainan agama. Hal itu selaras dengan tema acara yang diusung Harmony in Diversity, yakni harmoni dalam beragama. Dalam acara ini ada sesi diskusi lintas agama dengan Pemateri Kyai Mu’tasimbillah (Gus Imbi) dan Pendeta Kukuh Aji Irianda yang menyampaikan pentingnya toleransi antar sesama. Untuk memastikan kesiapan anak-anak dalam menerima materi, Mba Hilya selaku MC ditemani oleh Kang Jamil telah menyediakan beberapa ice breaking. Selain itu, anak-anak juga dibagi dalam beberapa kelompok sesuai nomor urutan masing-masing dan terpisah antara kelompok putra dan kelompok putri. Pembagian kelompok ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada para peserta dari santri dan dari siswa-siswi SMAK Penabur untuk mengenal dan berinteraksi lebih mendalam. Ini hal yang sangat menarik dan menambah keseruan acara serta menjadi sarana untuk mencairkan suasana. Sebelum acara ditutup beberapa peserta menyampaikan pertanyaan seputar agama Islam dan Kristen. Selain itu, di akhir sesi, peserta dari pondok dan siswa-siswi SMAK Penabur serta perwakilan Kepala Sekolah SMAK Penabur menyampaikan refleksi berupa kesan dan pesan selama acara berlangsung. Acara selesai pukul 14.40 WIB dan ditutup dengan foto bersama di halaman depan masjid.
Pentingnya Toleransi Antar Sesama
Berbicara mengenai toleransi antar agama, mengingatkan saya pada salah satu pemikiran Ulama Khas NU, KH. Ahmad Siddiq yang juga pernah menjabat sebagai Rois ‘Aam NU. Beliau menyampaikan gagasan trilogi ukhuwah, pertama Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Sesama Muslim). Ini menjadi pondasi dasar bagi seorang muslim untuk menguatkan ibadah sosialnya. Sebelum kita berinteraksi baik dengan orang di luar agama, kita harus mampu menjalin hubungan baik sesama muslim. Kedua, Ukhuwah Wathoniyah (Persaudaraan Sesama Warga Negara). Hubungan baik ini menjadi pondasi berbangsa dan bernegara. Kita tidak akan mampu melawan tantangan zaman tanpa bersatu sesama warga negara Indonesia. Karena musuh terbesar bukanlah bangsa lain, melainkan bangsa kita sendiri. Ketiga, Ukhuwah Basyariyah (Persaudaraan Sesama Manusia). Hubungan baik ini menjadi penyempurna bagi kedamaian hidup di dunia. Bahwa kita berasal dari bahan dasar yang sama, dengan takdir yang sudah ditulis rapih di lauhul mahfudz, dengan takaran rezeki yang tidak akan tertukar, tentu menyadarkan kita untuk memiliki kepedulian terhadap sesama manusia. Karena hakikatnya, bahwa setiap manusia tidak bisa hidup sendiri dan memiliki ketergantungan terhadap orang lain. Hak Asasi setiap manusia perlu dijunjung bersama dan tidak menjadi provokasi untuk saling menjatuhkan satu sama lain. Prinsip bahwa hubungan manusia dengan manusia lainnya tak ubahnya anggota tubuh yang tak terpisahkan, jika anggota tubuh satu sakit, yang lain ikut merasakan akibatnya. Sungguh indah toleransi. Semoga dengan adanya acara kunjungan ini dan diskusi lintas agama, bisa memberikan harmonisasi dalam setiap perbedaan.