Pada tulisan sebelumnya kita sudah mengetahui bahwa hakikat dari diri kita adalah Ruh. Tetapi, ternyata belum selesai sampai di situ. Ada satu hal lagi yang menjadi bagian inti dari diri kita. Ia adalah apa yang disebut dengan al-Qolbu.
Diri kita itu terdiri dari dua bagian yaitu: al-Qolbu dan Ruh yang ada dalam jasad. al-Qolbu di sini bukanlah suatu gumpalan daging yang terletak pada bagian kiri dada jasad kita yang disebut Jantung. Karena jika yang dimaksud al-Qolbu adalah jantung maka tentu, hewan, bangkai bahkan orang yang sudah meninggal pun memiliki jantung dalam jasadnya.
Jika selama ini kita menganggap bahwa al-Qolbu itu hati maka keliru. Karena dalam bahasa arab al-Qolbu itu berarti jantung. Sementara hati itu bahasa arabnya adalah al-Kibdu. Hati maupun jantung yang merupakan bagian dari jasad kita itu bisa dilihat oleh mata dzohir karena memang keduanya ada pada alam syahadah (alam materi yang dapat dilihat oleh penglihatan dzohir).
Sementara al-Qolbu yang dimaksud di sini adalah satu bagian dari diri kita yang ada pada alam ghaib. Sehingga tidak bisa kita lihat bagaimana bentuknya. Tapi kita bisa merasakannya, karena memang sejatinya diri kita itu ya ada pada al-Qolbu tersebut.
Kita pernah mendengar misalnya, seseorang “sakit hati” entah karena perkataan orang lain atau karena dia baru saja putus dengan kekasihnya. Tapi ketika ditanya “Mana bagian hati yang sakit nya itu?” Kita tidak bisa menunjukkan yang dimaksud “hati” tersebut. Nah, itulah sejatinya yang disebut dengan al-Qolbu.
Memang selama ini kita sudah lumrah untuk menamai al-Qolbu dengan sebutan hati dalam bahasa kita. Tetapi yang lebih tepat sesungguhnya adalah jika memang al-Qolbu itu disebut hati maka itulah yang juga lumrah kita gunakan dengan sebutan hati nurani. Ya, hati nurani itulah al-Qolbu. Dengan kata lain, diri kita itu adalah ruhani dan nurani.
Sementara tidak banyak pengetahuan kita tentang apa itu Ruh. Karena memang Allah sendiri menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa:
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا
“Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu tidak diberi pengetahuan kecuali hanya sedikit.”
Dalam penggalan ayat lain Al-Qur’an menyebutkan:
اَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُۗ
“Ingatlah! Hanya milik-Nyalah segala penciptaan dan urusan.”
Ada dua alam yang perlu kita ketahui dalam konteks pembahasan ruh dan al-Qolbu ini. Dua alam itu adalah alam kholq (wilayah penciptaan Allah) dan alam amr (wilayah urusan Allah).
Segala sesuatu yang mempunyai parameter, dapat digambarkan dan bisa dibagi itu adalah termasuk dari alam kholq. Sementara segala sesuatu yang tidak mempunyai parameter, tidak dapat digambarkan dan dibagi maka itu termasuk dalam alam amr.
Dalam hal ini, ruh dan al-Qolbu ialah termasuk ke dalam alam amr. Artinya, ia hidup dan bisa bergerak tanpa batas ruang dan waktu. Sehingga tidak aneh jika saat tidur kita pernah menyaksikan banyak hal yang tidak kita temukan saat kita terjaga atau yang biasa disebut mimpi. Itu sesungguhnya adalah memang ruh kita yang sedang bergerak bebas tanpa batas ruang dan waktu.
Begitupun al-Qolbu, ia bisa mempunyai dunianya sendiri. Terkadang kita merasa sepi di keramaian atau sebaliknya kadangkala kita merasa dipenuhi rasa bahagia, puas, dan sebagainya di saat sendirian. Sesungguhnya saat itu al-Qolbu kita yang merasakan hal demikian.
Wa Allahu A’lam.