Nama | : | KH. Muhammad |
---|---|---|
Sebagai | : | Pendiri |
Tempat Lahir | : | Kuningan, 08 April 1951 |
Alamat | : | Ds Karang Anyar Kec Winduhaji Kab Kuningan |
KH. Muhammad, atau yang akrab disapa “Akang” oleh keluarga dan para santrinya, adalah sosok ulama kharismatik, pendiri, sekaligus pengasuh pertama Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, Babakan, Ciwaringin, Cirebon.¹ Beliau dikenal sebagai seorang kiai yang humanis, sufi, humoris, dan pembela kaum lemah (mustadh’afin), yang meletakkan dasar bagi pesantren yang terbuka dan responsif terhadap tantangan zaman.⁵
KH. Muhammad tumbuh dalam lingkungan tradisi pesantren yang kental. Visi beliau untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan Islam berawal dari keprihatinan dan semangatnya untuk mencetak kader-kader muslim yang tidak hanya mendalam dalam ilmu agama (mutafaqqih fiddin), tetapi juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi.¹
Pada awal tahun 1990-an, dengan tekad yang kuat, beliau mulai merintis Pondok Kebon Jambu. Dimulai dari sebuah kobong (asrama santri) sederhana yang beliau bangun sendiri, pesantren ini dirancang untuk menjadi rumah bagi para pencari ilmu dari berbagai latar belakang.⁵
Pada tahun 1993, beliau menikah dengan Nyai Hj. Masriyah Amva. Pernikahan ini menjadi titik penting dalam perkembangan pesantren. Keduanya bahu-membahu, memadukan visi dan energi untuk membesarkan Pondok Kebon Jambu sebagai pusat pendidikan yang berlandaskan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah.¹
KH. Muhammad dikenal dengan metode dakwah dan pendidikan yang unik, terkadang dianggap nyeleneh namun selalu menyentuh hati. Bagi para santrinya, beliau bukan hanya seorang guru (murabbi), tetapi juga seorang bapak, sahabat, dan pembimbing rohani yang menuntun dengan penuh kasih sayang.⁵ Sosoknya yang humoris membuat suasana belajar menjadi lebih cair dan menyenangkan, sementara kedalaman spiritualnya menjadi teladan yang menginspirasi.⁴
Kisah-kisah inspiratif mengenai kepribadian dan perjuangannya terangkum indah dalam buku “Akang di Mataku”, sebuah memoar yang ditulis oleh istri tercinta, Nyai Hj. Masriyah Amva.²,³ Buku ini mengabadikan kenangan tentang sosok KH. Muhammad sebagai seorang suami yang romantis, pemikir yang terbuka, dan seorang hamba Allah yang tulus mengabdikan hidupnya untuk umat.⁴
KH. Muhammad berpulang ke Rahmatullah pada 1 Nonember 2006.¹ Meskipun beliau telah tiada, warisan semangat dan perjuangannya tetap hidup dan menjadi fondasi utama bagi Pondok Pesantren Kebon Jambu.
Visi beliau untuk menciptakan pesantren yang inklusif, modern, namun tetap berakar kuat pada tradisi salaf kini terus dilanjutkan oleh para penerusnya. KH. Muhammad akan selalu dikenang sebagai sang perintis, yang dengan ketulusan dan kesederhanaannya berhasil menanam benih kebaikan yang buahnya terus dirasakan oleh ribuan santri hingga hari ini.