Peringatan Maulid Nabi merupakan perwujudan suka cita umat Muslim tak terkecuali di Indonesia. Perayaan Maulid Nabi yang dilakukan di penjuru Bangsa Indonesia amat beragam; ada yang mengundang kiai di desa untuk siraman rohani, pembacaan Marhabanan dan yang lainnya.
Tradisi pesantren dalam memeriahkan Maulid Nabi pun tak ada bedanya dengan perayaan pada umumnya, yakni dengan mengadakan lomba atau menggelar acara semeriah mungkin untuk menyambut hari yang penuh dengan berkah ini.
Hal yang paling umum dilakukan saat Memperingati Maulid Nabi ini adalah Marhabanan. Marhabanan sendiri merupakan pembacaan syair-syair pujian kepada Baginda Nabi Muhammad Saw. salah satunya bersumber dari kitab Al-Barzanji. Tata cara pelaksanannya yakni dengan bergantian membaca Al-Barzanji yang diselingi syair-syair berisi pujian kepada Nabi Muhammad.
Ada satu bagian yang sangat intens saat pelaksanaan Marhabanan ini, yakni saat Mahallul Qiyam. Mahallul Qiyam adalah saat pembacaan syair yang cukup panjang setelah membaca Wa Lamma Tamma dalam kitab Al-Barzanji.
Disebutkan oleh beberapa ulama bahwa saat Wa Lamma Tamma ini setiap orang yang hadir diharuskan berdiri, karena ada yang beranggapan bahwa saat Mahallul Qiyam Nabi Muhammad Saw. datang untuk ikut serta menghadiri majelis yang mengadakan Marhabanan tersebut. Tak heran jika pada saat Mahallul Qiyam itu suasana begitu terasa sakral dan para jemaah seakan hanyut menyanyikan syair-syair Ya Nabi Salam Alaika. Saat Mahallul Qiyam tersebut, seakan-akan kita tengah hurmatun nabi dengan berdiri menyambut kedatangannya.
Penulis sendiri membenarkan bahwa pada saat Mahallul Qiyam ini merupakan bagian yang paling intens. Bahkan bagi penulis, pada saat Mahallul Qiyam ini merupakan bagian inti dari acara Marhabanan termasuk pokok dari Peringatan Maulid Nabi. Pada praktiknya, Nabi seperti benar-benar hadir di acara tersebut dan berdiri bersama kita melaksanakan perayaan sebagai perayaan penuh berkah pada hari kelahiran beliau.
baca juga :
Ragam Cara Peringati Maulid Nabi Muhammad di Indonesia
Pada Mahallul Qiyam, saat meyakini kehadiran Nabi, saat itulah kita harus benar-benar meyakini pula bahwa Nabi tengah memberi syafaatnya kepada kita semua. Maka itulah pentingnya kita menghayati saat-saat Mahallul Qiyam tersebut.
Kita bisa melihat dari syairnya; Ya Nabi Salam ‘Alaika, dari situ jelaslah bahwa teksnya dan pembacaanya mengucapkan selamat datang kepada Nabi besar kita, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Pada saat itu, saat penghayatan kedatangan Nabi Muhammad di bagian inti Mahallul Qiyam, seseorang yang sangat menghayati maknanya bisa kehilangan kesadarannya lantaran sangat menikmati momen tersebut.
Berdasarkan pengalaman, ketika merayakan Marhabanan di pondok, entah itu Marhabanan biasa yang dilakukan di komplek-komplek lingkup pesantren, atau dalam Marhabanan Akbar, yang diikuti seluruh santri, ketika Mahallul Qiyam, siapa pun yang menghayatinya, akan hanyut dalam keindahan syairnya. Ketika seseorang bisa memaknai syair tersebut, niscaya dia merasa Nabi benar-benar hadir di sampingnya.
Pada kehanyutan itu, seseorang dapat menangkap makna Syahadat Rasul dalam Marhabanan. Sembari meyakini bahwa kehadirannya dengan membawa syafaat merupakan keyakinan paling hak, bahwasanya Nabi Muhammad telah merahmati alam ini sehingga membuatnya menjadi terang benderang, dan keyakinan kita terhadapnya, menjadikan kita amat terharu akan kiprah beliau, suka duka hidupnya, serta cita dan cintanya kepada keluarga, sahabat, maupun umatnya.