Allah Berfirman وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ “mintalah pertolongan dengan sabar dan sholat, dan sesungguhnya sholat itu sangat berat kecuali bagi mereka orang yang khusu’”.
Di awal ayat kita disuguhkan dengan kata استعينوا di mana kata tersebut dalam Bahasa Arab disebut dengan fi’il amar atau biasa kita kenal dengan kata perintah. Maksud dari lafadz tersebut adalah kita diperintah oleh Allah untuk memohon atau meminta pertolongan kepadaNya. Para ulama memiliki beragam pendapat dalam memaknai kata استعينوا atau استعانة dalam ayat tersebut. Ada yang berpendapat bahwa meminta pertolongan pada ayat tersebut adalah dalam hal akhirat, ada juga yang berpendapat untuk menolak bala, ada lagi yang berpendapat untuk kebaikan dunia akhirat, bahkan yang lebih fleksibel pertolongan untuk urusan apa saja, kita diperintah untuk meminta pertolongan kepada Allah.
Allah tidak hanya menyuruh kita untuk meminta kepadaNya, Maha Baik Allah pada hamba-Nya. Setelah kita di perintah untuk meminta pertolongan, kita juga diberikan sarana atau metodenya. Allah memberikan dua metode atau sarana untuk meminta kepadaNya. Yang pertama adalah sabar. Allah memerintahkan kita agar meminta kepadaNya dengan sarana sabar. kenapa harus sabar? Karena bagaimanapun juga kehidupan kita di dunia ini tidak selamanya sesuai dengan keinginan kita. Adakalanya kita sedang-baik baik saja tiba-tiba musibah menimpa kita. Terkadang kita ingin sesuatu tapi keadaan tidak memungkinkan.
Apalagi dalam kehidupan kita yang setiap harinya selalu disandingkan dengan dua komponen yakni maksiat dan taat. Dalam menjauhi maksiat tentunya kita harus sabar untuk menahan diri agar tidak melakukannya, karena maksiat itu ibarat makanan enak yang kalau kita tidak sabar menahan nafsu kita pasti kita akan melahapnya. Begitupun dengan taat yang di mana kita harus sabar untuk terus bisa melakukan segala aktivitas-aktivitas ketaatan. Jika kita bisa sabar, maka kita bisa melewati segala rintangan dalam melakukan ketaatan, seperti malas, sibuk, lelah, dan lainnya.
Sarana kedua yang Allah berikan adalah sholat. Kenapa harus sholat? Bisakah meminta pertolongan dengan sholat?
Jadi seperti ini. Sholat adalah sarana yang paling jitu untuk memohon pertolongan, baik itu masalah dunia, masalah akhirat, bahkan problematika kesehatan pun bisa disembuhkan dengan sholat, seperti cerita yang ada dalam hadits Nabi bahwa suatu ketika Nabi sedang berjalan kaki, beliau bertemu dengan sahabat Abu Hurairah. Nabi melihat Abu Hurairah seperti orang yang sedang kesakitan di bagian perutnya, lantas Nabi pun bertanya:
“Apakah kamu sedang merasakan sakit perut?”
Abu Hurairah menjawab “Iya wahai Rosul”
Nabi pun membalas “Sholatlah! Karena sholat adalah obat.”
Selain itu, Allah juga menjadikan sholat sebagai pengingat bagi kita agar kita kembali sadar bahwa yang harus kita ingat ketika kita dihadapkan pada suatu masalah atau problem adalah Allah SWT karena kebanyakan dari kita ketika mempunyai banyak masalah entah itu hutang, sakit, atau masalah apapun itu, yang sering kita ingat bahkan menjadi spontanitas bagi kita untuk meminta pertolongan, nasehat, atau kontrol adalah para spesialis atau para ahli, seperti para ulama, dukun, dokter dan semacamnya. Kita menomorduakan Allah, padahal sudah seharusnya bagi kita untuk selalu ingat dan memohon kepadaNya.
Perlu kita pahami ketika kita meminta pertolongan kepada mereka selain Allah, mereka semua itu makhluk, dan makhluk itu pasti punya batasan. Tidak semua dokter bisa mengatasi semua penyakit. Tidak semua dukun atau ulama bisa mengatasi semua problem yang terjadi pada kita. Satu-satunya spesialis yang tidak punya batasan hanya Allah SWT. Apapun masalahnya, penyakitnya, sebesar apapun problematika yang ada, semua bisa diatasi oleh Allah.
Maka tidak heran dalam berbagai tafsir banyak dijelaskan tentang hadits Nabi yang di mana ketika beliau dihadapkan pada suatu masalah, pasti Nabi bersegera untuk sholat. Karena Nabi paham betul bahwa masalah yang ada adalah ciptaan Allah dan yang mengetahui solusinya juga Allah. Maka dari itu, Nabi selalu memakai media sholat untuk meminta pertolongan kepada Allah.
Dalam hadits Nabi juga diceritakan bahwa di malam perang Badar, perang pertama kaum muslimin, perang tanpa persiapan dan perlengkapan, ditambah jumlah pasukan musuh tiga kali lipat lebih banyak dibanding pasukan kaum muslimin, di malam itu semua tidur lelap selain baginda Nabi. Beliau melakukan sholat dan berdoa sampai waktu subuh. Ini menunjukkan betapa dahsyatnya mengadu kepada Allah. Berkat pertolonganNya, kaum muslimin pun menang telak dalam peperangan tersebut.
Dan yang terakhir pada penggalan ayat di atas adalah وانها لكبيرة الا على الخاشعين “dan sesungguhnya sholat itu sangat berat kecuali bagi mereka khosyi’in (khusyu’).” Dhomir yang dipakai pada ayat tersebut adalah ها yang secara gramatik Arab menunjukkan muannats (perempuan) dan kata muannats pada ayat tsb adalah صلاة.
Tetapi ulama ada yang berpendapat bahwa istilah “berat” pada ayat tersebut tidak hanya untuk sholat, melainkan juga sabar yang sangat berat kita lakukan. Dalam artian, sabar dan sholat itu sangat berat dilakukan kecuali oleh para khosyi’in. Siapa khosyi’in itu?
Banyak tafsiran mengenai kata tersebut, ada yang berpendapat bahwa khosyi’in di situ adalah orang-orang mukmin. Ada juga yang berpendapat orang-orang yang patuh pada Allah. Ada juga yang memaknai dengan orang-orang yang tawadhu’, yang pada intinya 2 sarana itu sangat berat di lakukan kecuali bagi mereka yang benar benar patuh dan iman kepada Allah SWT.
Kalimat terakhir pada ayat ini juga seolah menyindir kita. Setiap ada masalah kita mencari seseorang untuk meluapkannya atau mencari para ahli, bukan malah sabar dan sholat untuk meminta pertolongan kepada Allah. Kalimat itu menurut saya adalah sindiran betapa beratnya sholat dan sabar bagi kita. Berbeda dengan orang-orang yang benar-benar iman dan ketakwaannya tidak diragukan lagi, yang dimana mereka mudah dan suka untuk melakukan dua hal tersebut. Akan tetapi ini juga merupakan keuntungan bagi kita, karena ketika kita berat untuk melakukan kebaikan maka imbalan atau pahala yang kita dapat akan semakin besar. Sesuai kaidah الأجر بقدر التعب bahwa imbalan itu tergantung kadar kesusahan atau beratnya kita untuk melakukan. Kalau bagi khosyi’in, mereka mudah untuk melakukan sabar dan sholat maka pahala yang didapat mereka tidak sebanyak kita yang untuk sabar dan sholat tersebut kita harus susah payah melawan nafsu dan melawan kemalasan kita.
Wallahu A’lam.