Selawat sudah bukan lagi hal yang asing bagi kita. Selawat merupakan bentuk jamak dari kata shalat yang biasa kita artikan rahmat ta’dzim. Lafadz selawat sangat bervariasi dari mulai yang singkat seperti صلى الله على محمد sampai yang panjang seperti Shalawat Nariyah dan lain-lain.
Dalam dunia perwiridan dan doa, selawat merupakan salah satu kunci dari keduanya, bahkan disebutkan dalam dawuh Abu Sulaiman Ad-Daroni:
إذا سألت الله حاجة فابدأ بالصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم ثم ادع بما شئت ثم اختم بالصلاة عليه فإن الله سبحانه بكرمه يقبل الصلاتين وهو أكرم من أن يدع ما بينهما
yang artinya adalah Allah hanya akan menerima doa kita ketika kita bacakan selawat di awal dan di akhir doa kita.
Jangankan doa, shalat kita pun tidak akan sah ketika kita tidak membaca selawat kepada baginda Nabi, dimana membaca selawat merupakan salah satu rukun dari shalat itu sendiri.
baca juga
Gegap-Gempita Semesta Menyambut Sang Baginda
Alfiyyah: Antara Cinta dan Cita-cita di Pesantren
Alasan pertama mengapa kita harus berselawat adalah karena selawat merupakan sebuah perintah, dimana perintah ini langsung dari Allah melalui nash Alqur’an berupa Ayat 56 dari Surat Al-Ahzab yang berbunyi:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”
Yang membuat perintah selawat ini lebih istimewa dari perintah lainya adalah Allah tidak hanya memerintah hambaNya untuk berselawat, melainkan Allah juga ikut berselawat kepada Baginda Nabi, dan ini merupakan bentuk kecintaan Allah pada beliau.
Dalam kitab I’anah At-Tholibin juga di sebutkan alasan mengapa kita harus berselawat. Abu Bakar Syatho’ menjelaskan bahwa kita harus berselawat kepada Nabi karena selawat merupakan bentuk terimakasih kita kepada Baginda Nabi, dimana Nabi merupakan alasan diciptakannya semua makhluk di alam semesta ini, sesuai yang disebutkan dalam Hadits Qudsi:
لولاك لولاك يامحمد ما خلقت الأفلاك
Artinya: “Tanpamu wahai Muhammad, tidak akan Kuciptakan alam semesta ini.”
Jelas ini merupakan alasan yang sangat mendasar mengapa kita harus berselawat. Kok bisa? Bukankah kita hanya berterima kasih kepada Allah?
Ketika kita tidak bisa berterimakasih kepada makhluk atau kepada Nabi dalam hal ini maka kita tidak akan bisa berterimakasih kepada Allah, sesuai dawuh:
من لم يشكر الناس لم يشكر الله
Artinya: “Barang siapa yang tidak bisa berterimakasih kepada manusia maka ia tidak akan bisa berterimakasih kepada Allah”.
Selain berterimakasih, selawat kita juga merupakan bentuk kecintaan kita kepada Nabi, bahkan dalam beberapa ta’bir dijelaskan bahwa mencintai para Nabi dan Rasul itu hukumnya wajib bagi kita yang sudah balig dan berakal. Merupakan sebuah cita-cita kita bersama apa yang didawuhkan oleh Baginda Nabi bahwa المرأ مع من احب “(kelak di akhirat) seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai”, dan ini sekaligus menjadi doa kita bersama agar kelak kita bisa bertemu dengan Baginda Nabi Muhammad saw. Amin.