MENGAJI LEWAT PUISI

Ibunda Masriyah Amva, seorang ulama perempuan yang masyhur, banyak sekali melahirkan karya-karya berupa puisi, mungkin baginya hidup ini adalah shymponi indah dan lantunan-lantunan melodi yang menggugah dirinya untuk selalu menciptakan bait-bait aksara pujian kepada Sang Pencipta semesta ini.

Banyak puisi ataupun kisah hidup yang beliau tuangkan pada secarik kertas yang menjelma menjadi buku-buku. Selaku santrinya membaca buku karya beliau merupakan hal yang tidak boleh dihiraukan begitu saja, di samping mengaji kitab kuning karya ulama salaf, membaca puisi dari beliau merupakan bentuk ta’dzim kita sebagai santrinya. Hal yang patut kita pahami, puisi-puisi beliau merupakan ungkapan perasaan dirinya dalam menjalani hidup di bawah takdir Tuhan.

Sebagai pembaca, puisi-puisi karya Ibunda jika dipahami memiliki muatan sufistik-tasawwuf, Ibunda selalu menyemai kutipan-kutipan kepasrahan dan mahabbah kepada Sang Kholiq, perasaan yang beliau goreskan pada puisinya membuat pembaca merasa tergugah dan tersadar bahwa hidup yang kita jalani haruslah dipenuhi dengan cinta serta kepasrahan akan semua ketentuan-Nya.

Baca Juga :

ALASAN MENGAPA KITA HARUS BERSELAWAT KEPADA NABI

Alfiyyah: Antara Cinta dan Cita-cita di Pesantren

Salah satu puisi karya Ibunda yang diberi judul “Penobatan” kiranya bisa kita kaji dalam ranah tasawwuf.

Penobatan

Hari ini…

Kuangkat Engkau sebagai kekasih

Hari ini…

Kuangkat Engkau sebagai pelindung

Dan…

Aku berani membuktikan

Bahwa aku akan lebih baik lagi dari sebelumnya

Dan…

Aku berani membuktikan

Bahwa Engkaulah yang terbaik yang pernah kumiliki!

(5 Desember 2007)

Dalam puisi tersebut mengandung sebuah pengakuan seorang hamba yang mengekspresikan cintanya kepada Tuhannya melebihi apapun, sehingga tidak ada lagi yang lebih beliau cintai dibanding Tuhannya. Sungguh pengungkapan rasa yang teramat dalam yang disematkan pada secarik puisi oleh Ibunda, sehingga beliau selalu merasa mencintai Tuhannya, dan bukti dari pernyataan cinta tersebut ia aplikasikan dalam kehidupan yang lebih baik.

Bunyi puisi ini seakan menunjukkan kepada maqom mahabbah, banyak ulama tasawwuf menjelaskan makna mahabbah itu sendiri. Syeikh Qusyairi dalam kitab Risalatul Qusyairiyah berkata:

قال الاستاذ القشيري : المحبة حالة شريفة شهد الحق سبحانه بها للعبد وأخبر عن محبته للعبد, فالحق سبحانه يوصف بانه يحب العبد, والعبد يوصف بانه يحب الق سبحانه… ويفسر الاستاذ القشيري المحبة في هذا الموضع بالارادة, وعلى هذا الاساس فمحبة الله تعالى للعبد ارادته الخير له, ورحمته به وانعامه عليه.

Berkata Syeikh Qusyairy:

Mahabbah adalah tingkat keadaan yang mulia, Allah menyaksikan kecintaannya langsung kepada hambaNya, dan Allah akan menyaksikan kepada yang lain akan kecintaanNya kepada hambaNya. Allah mensifati bahwa Allah mencintai hambanya, dan hambaNya sangat mencintaiNya. Syeikh Qusyairy memberikan tafsiran atas kata mahabbah di sini dengan “iradah/kehendak”. Artinya jika Allah mencintai hambaNya, maka hamba tersebut diberikan kehendak dan keinginan untuk melakukan kebaikan dan amal sholeh, dan Allah merahmatinya serta memberikan nikmat kepadanya.

Diterangakan di dalam Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah jilid 36:

ان المحبة من الامور القلبية التي ليس للانسان فيها خيار ولا قدرة له على التحكم فيها

“Sesungguhnya cinta adalah urusan hati yang mana tiada kemampuan bagi manusia untuk memilih dan tiada pula kesanggupan/kemampuan untuk mengendalikannya.

Al-Khowas mengatakan cinta/mahabbah adalah “hancurnya segala keinginan, dan terbakarnya sifat ketergantungan dari semua hajat (dunia dan akhirat).

Harm bin Hibban berkata, “orang mukmin ketika mengetahui Tuhannya maka akan mencintaiNya, jika sudah mencintaiNya maka akan fokus padaNya, dan ketika sudah menemukan kenikmatan fokus padaNya maka tak akan melirik dunia dengan pandangan syahwat, dan tak akan melirik akhirat dengan pandangan kesunyian, artinya lemah pada urusan dunia dan sibuk dengan urusan akhirat.

Bisa kita lihat, bagaimana puisi tersebut selaras dengan perkataan ulama saleh terdahulu, Ibunda menyelami puisinya dengan penuh cinta dan ketaatan, tentu puisi tersebut tidak serta-merta lahir tanpa adanya perenungan mendalam serta latihan bathiniyyah yang panjang juga, sehingga puisi karya Ibunda menjadi sebuah karya yang memiliki dimensi mendalam dalam pengertian cinta yang dibahas dalam kajian sufi-tasawwuf.

Panjang umur dan selalu dalam keberkahan Ibunda tercinta. Tabik (Fadhill Muhammad)

{{ reviewsTotal }} Review
{{ reviewsTotal }} Reviews
{{ options.labels.newReviewButton }}
{{ userData.canReview.message }}

Bagikan :

Artikel Lainnya

Pentingnya Suami Memperhatikan K...
Maraknya Angka Kematian Ibu menjadi kabar duka bagi masyarakat...
Muludan Bisa Menjadi Obat dari B...
Beberapa hari kemarin kita memasuki bulan yang sangat mulia, d...
Yang Pertamakali Tahu Tanda-tand...
Saya mendengarkan keterangan ini dari salah satu pengajian Gus...
Bullying itu Menyakitkan, Jangan...
Melihat banyaknya berita tentang bullying akhir-akhir ini, ras...
Peran Mahasiswa KKN Plus 2024 In...
Dalam upaya untuk mempererat ukhwah Islamiyah, Mahasiwa/i Kuli...
الحرمة خير من الطاعة
Di manapun dan dengan siapapun kita hidup pasti ada yang naman...

Hubungi kami di : +62851-5934-8922

Kirim email ke kamikebonjambu34@gmail.com

Download APP Kebon Jambu Coming Soon