Jika diibaratkan ada suatu wilayah maka tentu saja di sana ada pemerintahan yang mengatur segala tatanan kehidupan semua orang yang ada dalam wilayah tersebut. Dalam diri kita juga sesungguhnya ada suatu pemerintahan yang mengatur semua elemen yang ada pada masing-masing diri kita. Tetapi dalam tulisan ini saya ingin menyebutnya sebagai suatu kerajaan. Ia adalah kerajaan Qolbu.
Saya rasa teman-teman pembaca perlu memastikan terlebih dahulu bahwa saat membaca tulisan ini sudah membaca tulisan sebelumnya tentang penjelasan “Apa itu al-Qolbu?”.
Perlu kita ketahui bahwa Qolbu ini memilki 2 pasukan besar, yakni pasukan dzohir dan pasukan batin. Pasukan dzohir terdiri dari syahwat dan ghodob, yang mana kedua hal ini dapat menggerakkan tangan, kaki, mata, dan segenap anggota badan lainnya.
Sementara pasukan batin ialah kekuatan akal seperti berpikir, menghafal, berimajinasi, dan lain-lain yang semuanya itu ada dalam otak kita. Kedua pasukan ini tentu di bawah kendali Qolbu.
Dalam hal ini Qolbu itu diibaratkan sebagai raja. Sehingga jika ia memerintahkan lisan, misalnya, untuk berdzikir maka tentu lisan akan mematuhi perintah sang raja. Begitupun sebaliknya, misalkan ia diperintah untuk berbohong atau berkata kasar misalnya, ia pun pasti melakukan hal itu karena tunduk patuh atas perintah raja.
Demikian juga anggota badan yang lain. Mereka semua bergerak atas perintah sang raja, yaitu Qolbu. Termasuk yang juga turut mempengaruhi Qolbu walaupun pada akhirnya juga tunduk atas perintah Qolbu ialah panca indera. Satu sisi panca indera ini mampu mempengaruhi Qolbu, tetapi di sisi lain pun ia berkedudukan sama seperti anggota badan yang lain. Jika sang raja sudah memberikan perintah maka tak ada alasan untuk membantah.
Jika kita umpamakan diri kita itu seperti sebuah negara maka tangan, kaki, dan seluruh anggota badan adalah wilayah kekuasaannya. Syahwat adalah para pemimpin daerah (Bupati/Gubernur), Ghodob adalah aparat keamanan negara, akal adalah para menteri, sementara presidennya adalah Qolbu.
Presiden inilah yang akan memimpin berjalannya sebuah negara tersebut. Ia memberikan keputusan dan kebijakan. Tetapi yang perlu dipahami adalah bahwa ia harus memahami karakter masing-masing bawahannya.
Misal, syahwat itu mempunyai karakter pembohong, penjilat, sok tahu, dan kerap kali mencampur-adukkan urusan/kepentingan. Sementara ghodob, mereka ini mempunyai karakter kejam, keras, merusak, dan menindas. Sehingga tentu Qolbu mesti memahami karakter dari 2 bawahannya ini.
Di sinilah pentingnya seorang presiden mempunyai para menteri. Seorang presiden lebih mendengarkan dan mempercayai masukan dari para menteri ini. Dalam hal ini Qolbu dalam memutuskan sesuatu sudah semestinya dimusyawarahkan dengan akal. Nanti akal akan mempertimbangkan baik buruknya, manfaat madharatnya, dan lain sebagainya.
Karena jika Qolbu salah memutuskan kebijakan, misalnya ia langsung mempercayai bisikan syahwat tanpa dipertimbangkan dengan akal, maka yang ada nanti hanyalah penyesalan dan kebahagiaan sesaat. Begitupun saat ia memberikan kebijakan yang keliru kepada ghodob maka nanti akan banyak kerusakan, kerugian, dan tentu penyesalan bagi diri kita sendiri.
Jadi, mari kita selalu hati-hati dengan Qolbu kita. Jangan cepat memberikan penilaian/label negatif terhadap apa yang kita lihat atau dengar. Musyawarahkan segala sesuatunya dengan kejernihan akal. Lalu dengarkan baik-baik suara Qolbu atau hati nurani tersebut.
Karena jika yang kita ikuti adalah hati nurani maka bisa dipastikan itu adalah keputusan yang tepat. Ia adalah suara kebenaran. Sementara jika kita salah menyimak sedikit saja, lalu ternyata yang kita dengarkan adalah syahwat atau ghodob maka siap-siap saja akan ada penyesalan dari apa yang kita lakukan. Semoga kita bisa memimpin diri kita sendiri dengan Qolbu dalam diri kita. Qolbu inilah yang akan memimpin kita untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Aamiin.