Ibu Nyai Hj. Masriyah Amva, seorang perempuan biasa namun memiliki pola pikir dan cara pandang, serta cara hidup yang tidak biasa. Sehingga siapa saja yang mengenalnya atau bahkan baru mengenalnya seringkali terkagum-kagum atas kisah hidup beliau, entah di dalam dunia pesantren maupun di luar pesantren.
Beliau adalah sosok yang sangat tegas dan lugas, tetapi beliau juga sosok yang sangat pengasih dan juga penyayang. Kami sebagai santrinya pun seringkali terkecoh dengan sikap beliau, kami pikir beliau marah tapi ternyata itu bukan marah, melainkan itu adalah bentuk kasih sayang beliau yang memang diungkapkan dengan cara yang amat sangat berbeda.
Saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, yang kebetulan sudah memasuki waktu liburan pesantren, alhasil hanya tersisa beberapa pengurus saja. Pada saat itu kami berbagi tugas untuk memasak, kemudian selebihnya harus berada di masjid untuk mengikuti jama’ah serta do’a bersama. Namun kala itu, beberapa dari kami lalai sehingga menyebabkan jama’ah yang berada di masjid sangat sedikit. Kami dengan dalih menyelesaikan tugas pun ditolak mentah-mentah oleh beliau, beliau marah besar atas kejadian tersebut. Alhasil, setelah itu kami semua yang tersisa dipanggil untuk menghadap beliau, tentu saja kami merasa sangat takut tatkala mendapat kabar tersebut. Sebenarnya tak hanya takut dimarahi, tapi kami juga takut kejadian tersebut justru menjadi beban pikiran baru untuk beliau hingga dapat mempengaruhi kesehatan beliau.
Kemudian kamu tahu apa yang terjadi?
Sesampainya kami menghadap beliau, kami serentak menundukkan kepala karena jelas merasa bersalah. Namun apa yang terjadi, kemarahan yang tadinya berapi-api kini sudah sirna. Beliau berbicara santai dengan senyum yang mengembang bahkan sesekali tertawa. Seperti biasa, beliau selalu menceritakan pengalaman-pengalamannya dahulu. Pengalaman saat beliau di pondok, saat beliau di masyarakat, saat beliau menjadi seorang nyai, saat beliau menjadi seorang pembicara, saat beliau menjadi ibu, bahkan saat beliau menjadi istri. Dari semua cerita yang beliau sampaikan pada kami, hal paling dasar yang kami dapat adalah tentang keimanan atau keyakinan penuh atas kehadiran Tuhan.
Beliau menjelaskan pada kami mengenai alasan beliau tadi marah adalah karena kami tidak menyayangi diri kami sendiri. Karena kami tidak sadar bahwa perbuatan kami tersebut adalah perbuatan yang menganiaya diri sendiri, dan bodohnya kami tidak menyadari hal itu. Alasan itulah yang membuat beliau marah besar pada kami. Sontak kami tertegun dengan ungkapan beliau, bagaimana bisa beliau memikirkan kami sejauh itu sedangkan kami yang saat meninggalkan jama’ah dan do’a bersama itu justru amat sangat biasa saja. Bagaimana bisa orang seperti beliau menghadirkan kami yang kerdil ini di pikirannya, yang bahkan kami sendiri seringkali menafikan keberadaan diri kami. Karena yang kami cari hanyalah kesenangan dan kenyamanan belaka.
baca juga
ALASAN MENGAPA KITA HARUS BERSELAWAT KEPADA NABI
Alfiyyah: Antara Cinta dan Cita-cita di Pesantren
Akhirnya, kami menyadari maksud dari semua itu adalah bukti kasih dan sayang beliau kepada para santrinya. Saat itu terbesit olehku bahwa setiap orang akan menyatakan rasa suka dan cintanya dengan beragam bahasa dan cara. Bagi kita yang tak berhasil memahaminya, maka akan terlihat biasa saja atau mungkin sebaliknya, yaitu yang nampak adalah rasa tidak suka. Semua berdaya dengan caranya dan semua berkarya dengan cintanya. Dengan rindu yang selalu menghujam dada, maka semuanya akan nampak indah meski diperlakukan dengan lara.
Hal itu hanya satu dari sekian banyak kisah teladan yang dimiliki oleh Ibu Nyai Hj. Masriyah Amva. Di lain kesempatan, beliau juga sering sekali kedatangan tamu-tamu yang menurut pandangan orang awam itu berbeda, alias tidak sepatutnya orang tersebut masuk ke dalam lingkungan pesantren. Salah satu contohnya adalah beliau pernah menjamu tamu dari luar negeri yang mana kebanyakan dari mereka tidak beragama Islam, atau orang dalam negeri namun tidak orang Islam, atau orang Islam tapi berbeda alirannya. Semua itu seringkali menjadi kritik pedas bagi orang awam di luar sana. Bahkan banyak dari mereka yang beranggapan bahwa kedatangan tamu-tamu tersebut justru akan membawa dampak buruk bagi pesantren dan para santri. Namun dengan santainya, beliau tidak pernah menanggapi hal tersebut dengan mengkritik balik, namun beliau justru diam dan mengabaikannya.
Beliau tidak pernah menganggap hal tersebut menjadi sebuah masalah, beliau juga tidak berpikir bahwa cibiran orang-orang awam di luar sana akan berdampak buruk bagi pesantren atau para santri. Beliau hanya berpikir untuk dapat menyiapkan jamuan yang baik dan layak untuk para tamu-tamu yang datang itu. Hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa menghargai dan mengasihi sesama manusia, serta sebagai bukti abdi Tuhan yang dapat melayani makhluk-Nya dengan baik. Dengan keyakinan kelak akan mendapatkan balasan lebih baik dari Allah SWT Sang Maha Baik.
Dalam beberapa kesempatan Ibu Nyai Hj. Masriyah Amva seringkali mengatakan bahwa perniagaan atau perdagangan terbaik adalah yang dilakukan dengan Allah SWT. Ketika kita melakukan hal itu, maka keuntungan yang kita dapatkan tidak akan pernah senilai dengan apa yang telah kita keluarkan.
Suatu ketika beliau pernah menganalogikan bahwa menghormati siapapun tamu yang datang adalah cara bisnis beliau dengan Tuhan. Di mana hal tersebut digambarkan dengan seorang resepsionis hotel yang menyambut tamu-tamu yang datang dengan hangat, kemudian karena pekerjaannya tersebut sang resepsionis pasti akan mendapatkan upah dari atasannya. Menurut beliau sejatinya para tamu itu datang tidak lain adalah untuk menemukan ketenangan sama halnya tamu-tamu di hotel tadi. Oleh karena itu, beliau Ibu Nyai hj. Masriyah Amva berperan seperti seorang resepsionis yang melayani tamu-tamu tersebut dengan hangat. Hal tersebut dilakukan karena beliau meyakini bahwa pekerjaan yang beliau lakukan itu di kemudian hari akan diganti dengan upah yang besar oleh Allah SWT.
Namun lagi-lagi seringkali kita gagal memahami. Masih ada saja orang yang mencibir, masih ada saja orang yang memandang sinis. Tapu lagi-lagi hal itu tidak membuat beliu gentar, beliau justru semakin gencar melakukan hal demikian. Hingga pada akhirnya banyak dari tamu-tamu yang datang merasa sangat senang dengan jamuan yang mereka terima. Bukti bahwa cibiran dari segelintir orang awam tak sebesar luasnya kekuasaan Tuhan.
Akhirnya, banyak orang di luar sana memuji bahkan memuja perilaku mulia Ibu Nyai Masriyah Amva. Tidak sedikit dari mereka mengakui keluhuran akhlak beliau, bahkan di sebuah kesempatan beliau dijuluki sebagai duta pluralisme, yaitu seseorang yang menghargai perbedaan.
Ibu Nyai sendiri sering sekali mengatakan bahwa tidak pernah sedikitpun terbesit di benaknya akan mendapatkan pengakuan tersebut. Beliau menjelaskan bahwa semua itu adalah bukti kuasa dari kuasa Allah SWT. Karena beliau adalah orang yang mengasihi makhluk-Nya maka Allah juga dengan senang hati memberi beliau anugerah yang tak kalah indah bahkan tak disangka-sangka. Penghargaan tersebut berhasil membungkam mulut orang-orang awam yang dulu mencibir beliau. Banyak dari mereka yang hanya bisa gigit jari melihat pencapaian demi pencapaian yang diraih oleh ibu Nyai Hj. Masriyah Amva.
Tak hanya itu, sosoknya yang berhasil memimpin pesantren dan juga kiprahnya di luar sana melalui buku-bukunya dan juga kesempatan beliau ketika menjadi pembicara. Membuat beliau menyandang gelar sebagai duta feminis Islam, yaitu orang yang memperjuangkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan yang sesuai dengan ajaran Islam. Hal itu, terjadi karena beliau menuliskan dan menceritakan tentang bagaimana dirinya bangkit dari keterpurukan setelah ditinggal wafat sang suami tercinta (Akang KH. Muhammad), serta ia juga harus terus melanjutkan sang suami mengurus pesantren.
Dalam hal itu Ibu Nyai Hj. Masriyah Amva mengikrarkan bahwa tempat bergantung beliau saat ini adalah Allah SWT, suaminya adalah Allah SWT, serta pemilik pesantrennya adalah Allah SWT. Hal itu mendapat respon positif dari berbagai pihak, beliau yang sempat diragukan pun kini sudah tidak lagi. Dibuktikan dengan pengakuan yang datang dari berbagai penjuru dunia.
Itulah secuil kısah dari sosok perempuan agung nan bersahaja, ibu Nyai Hj. Masriyah Amva. Beliau adalah ladang ilmu pengetahuan dan kehidupan, beliau juga guru dari ilmu pengetahuan dan kehidupan. Gambaran kecil ini mungkin tidak akan pernah menyamai kebesaran sosoknya, namun semoga dapat membuat kita sedikit mengenalnya.